Bonus Demografi: Antara Harapan Gibran dan Realita Pengangguran Sarjana
Pemanfaatan bonus demografi Indonesia menjadi sorotan tajam, seiring dengan pernyataan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengenai potensi generasi muda dalam menjawab tantangan masa depan. Namun, pandangan ini diiringi dengan kritik pedas mengenai kesiapan pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi para lulusan perguruan tinggi.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, menyampaikan kekhawatiran bahwa pemerintah belum menunjukkan keseriusan yang cukup dalam mempersiapkan generasi muda berkualitas untuk menghadapi era bonus demografi. Ironisnya, banyak lulusan sarjana yang justru terjerat dalam lingkaran pengangguran. Menurut Adi, akar permasalahan terletak pada ketidakmampuan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja yang memadai, sehingga potensi besar dari generasi muda Indonesia menjadi terbuang sia-sia.
Adi menekankan pentingnya akses pendidikan tinggi bagi generasi muda sebagai bekal untuk menghadapi persaingan global. Pendidikan strata satu (S1) dianggap sebagai tolok ukur kapasitas, potensi, dan wawasan yang memadai. Namun, faktanya, banyak anak muda yang terhalang untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena keterbatasan ekonomi dan kurangnya kesempatan. Kondisi ini menjadi tantangan serius yang harus segera diatasi oleh pemerintah.
Intervensi pemerintah menjadi kunci dalam menciptakan generasi muda yang cakap dan kompeten, khususnya dalam menghadapi periode bonus demografi 2030-2045. Adi Prayitno menyoroti pentingnya memberikan kesempatan dan dukungan kepada anak muda untuk berkembang di berbagai bidang, terutama bagi mereka yang berasal dari daerah pedesaan.
- Pengembangan Desa: Fokus pada pengembangan desa menjadi krusial agar anak muda di pedesaan memiliki daya saing, kehidupan yang layak, pendidikan yang berkualitas, serta pemahaman yang baik tentang teknologi, politik, dan ekonomi.
Sebelumnya, melalui kanal YouTube pribadinya, Gibran Rakabuming Raka menyoroti potensi bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia pada tahun 2030-2045. Pada periode tersebut, diperkirakan sekitar 208 juta penduduk Indonesia akan berada dalam usia produktif. Gibran menekankan bahwa momentum ini sangat bersejarah dan hanya terjadi sekali dalam peradaban sebuah bangsa. Kesempatan emas ini tidak boleh disia-siakan, mengingat besarnya potensi yang dimiliki oleh generasi muda Indonesia.
Pernyataan Gibran Rakabuming Raka mengenai bonus demografi:
"Sebuah kondisi yang terjadi dalam sejarah peradaban sebuah bangsa. Kesempatan ini tidak akan terulang di mana sekitar 208 juta penduduk kita akan berada di usia produktif."
Namun, pernyataan ini menuai kritik dari berbagai pihak, terutama terkait dengan kesiapan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja yang sesuai dengan kompetensi para lulusan perguruan tinggi. Masalah pengangguran sarjana menjadi isu krusial yang perlu segera diatasi agar potensi bonus demografi dapat dimanfaatkan secara optimal.
Tantangan yang dihadapi dalam memanfaatkan bonus demografi:
- Kesiapan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja yang memadai
- Akses pendidikan tinggi yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat
- Pengembangan kompetensi dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri
- Pemberdayaan anak muda di daerah pedesaan agar memiliki daya saing