Kemacetan Parah Tanjung Priok Picu Amarah Gubernur, Pelindo Terancam Sanksi Tegas

Kemacetan Parah Tanjung Priok Picu Amarah Gubernur, Pelindo Terancam Sanksi Tegas

Kemacetan lalu lintas yang mencapai titik nadir di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Kamis (17/4/2025) telah membangkitkan reaksi keras dari Gubernur Jakarta, Pramono Anung. Kekecewaan mendalam terhadap manajemen PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) menjadi fokus utama, mengingat kemacetan yang berlangsung sepanjang hari tersebut diduga kuat disebabkan oleh aktivitas bongkar muat yang tidak terkendali di area pelabuhan.

Menurut laporan yang diterima Pramono dari Kepala Dinas Perhubungan Jakarta, Syafrin Liputo, Pelindo dituding memaksakan New Priok Container Terminal (NPCT) 1 untuk melayani bongkar muat hingga 7.000 kontainer per hari. Angka ini jauh melampaui kapasitas ideal terminal yang seharusnya hanya 2.500 kontainer. Gubernur Pramono Anung mengungkapkan kemarahannya di Balai Kota Jakarta pada Sabtu (19/4/2025), "Kemarin itu dipaksakan untuk menjadi 4.000 truk per hari, sehingga mengalami jammed. Dan akhirnya saya juga baru tahu tadi pagi dari Kepala Dinas Perhubungan, bukan lagi 4.000, tapi menjadi 7.000 truk per hari."

Pramono Anung menilai bahwa Pelindo menunjukkan ketidakprofesionalan dalam mengelola aktivitas bongkar muat di NPCT 1, sehingga menyebabkan dampak kemacetan yang luar biasa. Atas dasar itu, Pramono Anung menginstruksikan Pelindo untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh dan perbaikan sistem manajemen lalu lintas di sekitar pelabuhan. Tujuan utamanya adalah mencegah terulangnya kemacetan serupa di masa mendatang.

Akibat insiden ini, Gubernur Pramono Anung menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh warga Jakarta yang terdampak. Ia juga memerintahkan pemberian teguran keras kepada pihak Pelindo sebagai bentuk tanggung jawab atas kelalaian yang terjadi. Bahkan, Pramono Anung tidak segan untuk mengirimkan surat langsung kepada manajemen Pelindo sebagai peringatan resmi dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta.

Kemacetan di Tanjung Priok pada Kamis lalu sangat terasa, dimulai sejak pagi hingga malam hari. Dampaknya bahkan berlanjut hingga Jumat pagi (18/4/2025). Pantauan di lapangan menunjukkan antrean kendaraan mengular hingga kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Di Jalan Yos Sudarso, yang mengarah ke Pelabuhan Tanjung Priok, barisan kendaraan mencapai panjang sekitar delapan kilometer. Kondisi ini diperparah dengan kendaraan besar, minibus, Jaklingko, Transjakarta, dan sepeda motor yang terjebak dalam antrean panjang.

Klakson kendaraan saling bersahutan, mencerminkan tingkat frustrasi para pengendara. Beberapa pengendara bahkan nekat menggunakan trotoar, mengganggu hak pejalan kaki. Tragisnya, seorang pengendara motor kehabisan bensin karena terlalu lama menyalakan mesin tanpa bergerak, sehingga terpaksa mendorong motornya di tengah kemacetan. Seorang pengendara motor perempuan bernama Tian (23) mengaku merasa frustrasi karena terjebak macet selama hampir satu jam di Jalan Yos Sudarso.

Menanggapi situasi ini, Direktur Eksekutif Regional 2 PT Pelindo, Drajat Sulistyo, menjelaskan bahwa kemacetan disebabkan oleh keterlambatan kedatangan tiga kapal asing. Menurutnya, rute pelayaran internasional saling terhubung, sehingga keterlambatan di satu pelabuhan dapat mengganggu seluruh rantai logistik. Selain itu, lonjakan jumlah kontainer juga dipicu oleh upaya perusahaan dalam mengejar waktu sebelum libur panjang. Drajat mengakui bahwa Pelindo tidak memprediksi dampak besar dari keterlambatan kapal dan lonjakan kontainer terhadap lalu lintas di darat. Ia juga memastikan bahwa tidak ada sanksi bagi kapal-kapal yang terlambat bersandar, karena keterlambatan tersebut bukan kesalahan mereka maupun Pelindo.