Kinerja Logistik Nasional Tersendat: Evaluasi Sistem Logistik Mendesak Dilakukan

Kemacetan di Tanjung Priok: Cermin Permasalahan Sistem Logistik Nasional

Kemacetan yang berulang di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, bukan sekadar masalah lalu lintas biasa. Ini adalah indikasi kuat adanya persoalan mendasar dalam Sistem Logistik Nasional (Sislognas) yang memerlukan penanganan serius dan komprehensif.

Sebagai gerbang utama perdagangan Indonesia, Tanjung Priok memegang peranan vital dalam arus barang, baik yang masuk maupun keluar. Lebih dari 45% aktivitas perdagangan laut Indonesia terpusat di pelabuhan ini. Oleh karena itu, gangguan apapun di Priok dapat berdampak signifikan pada kelancaran distribusi, harga komoditas, dan daya saing produk dalam negeri.

Faktor-faktor seperti keterlambatan kedatangan kapal, penumpukan kontainer, dan inefisiensi dalam bongkar muat menjadi penyebab utama kemacetan. Akar masalahnya terletak pada tata kelola logistik yang belum optimal, kurangnya integrasi sistem informasi antar pemangku kepentingan, dan infrastruktur yang tidak memadai untuk menampung lonjakan volume logistik.

Akar Masalah yang Perlu Diatasi

Beberapa persoalan utama yang perlu segera diatasi antara lain:

  • Keterlambatan Kedatangan Kapal: Ketidaksesuaian antara jadwal kedatangan kapal dan kapasitas pelayanan pelabuhan menimbulkan efek domino yang merugikan berbagai pihak, mulai dari produsen hingga konsumen.
  • Penumpukan Kontainer: Kurangnya pengendalian arus barang yang presisi menyebabkan penumpukan kontainer di area pelabuhan, memperparah kemacetan dan meningkatkan biaya logistik.
  • Manajemen Bongkar Muat yang Belum Optimal: Ketergantungan pada sistem manual dan kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan menghambat efisiensi bongkar muat dan memperlambat proses distribusi barang.

Urgensi Evaluasi dan Pembenahan Sislognas

Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional, yang seharusnya menjadi panduan dalam membangun sistem logistik yang efisien dan terintegrasi, belum sepenuhnya terimplementasi di lapangan. Ketidakterpaduan antar subsistem, regulasi yang tumpang tindih, pengawasan yang lemah, dan kurangnya sinergi antar lembaga menjadi tantangan utama dalam mewujudkan Sislognas yang ideal.

Di tengah perubahan lanskap global dan digitalisasi rantai pasok, Indonesia perlu segera berbenah diri. Jika tidak, Indonesia akan kesulitan bersaing di pasar global dan terbebani oleh biaya logistik yang mahal.

Langkah Strategis yang Perlu Diambil

Untuk mengatasi permasalahan Sislognas, beberapa langkah strategis yang perlu segera diambil adalah:

  • Modernisasi Manajemen Pelabuhan: Mengubah pendekatan pengelolaan pelabuhan dari sekadar pengelolaan fisik menjadi pengelolaan sistem layanan yang terintegrasi, dengan memanfaatkan teknologi digital dan analitik prediktif.
  • Implementasi National Logistics Ecosystem (NLE): Mempercepat implementasi NLE sebagai platform integrasi data dan proses logistik nasional, menghubungkan seluruh pemangku kepentingan pelabuhan dalam satu sistem yang sama.
  • Evaluasi dan Revisi Perpres 26 Tahun 2012: Melakukan evaluasi mendalam dan revisi terhadap Perpres Sislognas agar lebih responsif terhadap perkembangan industri logistik modern, termasuk smart port dan green logistics.
  • Penataan Tata Ruang dan Infrastruktur Pendukung: Memperkuat infrastruktur pendukung dan tata ruang kota pelabuhan yang adaptif terhadap volume logistik, untuk mencegah kemacetan berulang.
  • Kelembagaan Pengendali Logistik Nasional yang Kuat: Membentuk badan yang memiliki otoritas pengendalian logistik nasional secara holistik, lintas kementerian, dengan mandat kuat untuk mengelola integrasi sistem logistik dari hulu ke hilir.
  • Pengembangan Sumber Daya Manusia Logistik yang Unggul: Meningkatkan kompetensi tenaga kerja logistik melalui sertifikasi profesi, pelatihan berkelanjutan, dan adaptasi kurikulum pendidikan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Logistik Sebagai Kunci Pertumbuhan Ekonomi

Logistik bukan hanya tentang distribusi barang, tetapi juga tentang pertumbuhan ekonomi, keseimbangan harga, dan stabilitas politik. Sistem logistik yang efisien akan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global dan menarik investasi.

Kemacetan di Tanjung Priok adalah sinyal bahwa pengelolaan logistik nasional masih perlu ditingkatkan. Evaluasi menyeluruh dan pembenahan sistem logistik adalah langkah penting untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

Sebagai negara maritim, Indonesia seharusnya memiliki sistem logistik yang tangguh, adaptif, dan efisien. Mari jadikan logistik nasional sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi, bukan sebagai hambatan.