Rudal Rusia Hantam Sumy, Puluhan Warga Sipil Tewas, Ukraina Serukan Tindakan Internasional

Tragedi kembali menyelimuti Ukraina. Kota Sumy menjadi sasaran serangan rudal Rusia yang mematikan pada Minggu (13/4/2025), merenggut nyawa puluhan warga sipil dan menyebabkan ratusan lainnya luka-luka. Serangan ini memicu kecaman keras dari Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, yang mendesak komunitas internasional untuk mengambil tindakan lebih tegas terhadap Rusia.

Menurut laporan, dua rudal balistik menghantam kota Sumy, menghancurkan sebuah universitas dan menghantam jalanan yang ramai. Dampak serangan itu sangat dahsyat, menewaskan sedikitnya 34 orang dan melukai 117 lainnya. Di antara korban terdapat anak-anak dan seorang bayi yang baru lahir, menambah kesedihan dan kemarahan atas tindakan brutal tersebut.

"Dua rudal Rusia menghantam Sumy. Rudal pertama menghancurkan gedung universitas, rudal kedua meledak di atas jalanan. Sebanyak 34 orang tewas, dan 117 lainnya terluka, termasuk bayi perempuan yang lahir tahun ini," kata Zelensky dalam pernyataannya.

Serangan itu terjadi pada Hari Minggu Palma, sebuah hari suci bagi umat Kristen, ketika banyak warga bersiap untuk pergi ke gereja. Waktu serangan yang disengaja ini menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap kehidupan manusia dan nilai-nilai agama.

Presiden Zelensky mengecam serangan itu sebagai tindakan "bajingan keji" dan menyerukan respons internasional yang lebih kuat. Dia menyatakan bahwa ucapan belasungkawa saja tidak cukup untuk menghentikan agresi Rusia dan mendesak negara-negara sahabat untuk meningkatkan tekanan melalui sanksi ekonomi, dukungan militer, dan upaya diplomatik.

Zelensky juga mengkritik penolakan Rusia terhadap usulan gencatan senjata tanpa syarat yang diajukan oleh Amerika Serikat, yang menunjukkan kurangnya keinginan untuk mengakhiri konflik.

"Mereka (Rusia) tidak takut. Itulah sebabnya ada rudal, dan hampir seratus drone tempur tiap malam, sebagian besar dari jenis Shahed," ujarnya.

Sementara itu, dari Washington, Presiden AS Donald Trump menyampaikan belasungkawa atas tragedi di Sumy. Namun, dia menyatakan bahwa informasi yang dia terima menunjukkan bahwa serangan itu terjadi karena kesalahan.

"Saya diberi tahu bahwa serangan itu adalah sebuah kesalahan, tetapi tetap saja, itu adalah hal yang mengerikan. Saya pikir seluruh perang ini adalah sesuatu yang mengerikan," ujar Trump.

Dia juga mengulangi klaim bahwa perang tidak akan terjadi jika dia menjadi presiden. Trump menyalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin, mantan Presiden AS Joe Biden, dan Zelensky atas pecahnya konflik.

Serangan rudal di Sumy adalah salah satu yang paling mematikan tahun ini, dan menyoroti penderitaan warga sipil dalam konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

Berikut adalah beberapa poin penting dari berita ini:

  • Serangan rudal Rusia menewaskan sedikitnya 34 orang dan melukai 117 lainnya di Sumy, Ukraina.
  • Presiden Zelensky mengecam serangan itu dan menyerukan tindakan internasional yang lebih tegas terhadap Rusia.
  • Presiden Trump menyampaikan belasungkawa tetapi mengklaim bahwa serangan itu adalah sebuah kesalahan.
  • Serangan itu terjadi pada Hari Minggu Palma, sebuah hari suci bagi umat Kristen.
  • Korban termasuk anak-anak dan bayi yang baru lahir.
  • Zelensky mengkritik penolakan Rusia terhadap usulan gencatan senjata.
  • Trump menyalahkan Putin, Biden, dan Zelensky atas pecahnya konflik.
  • Serangan di Sumy adalah salah satu yang paling mematikan tahun ini.

Komunitas internasional mengutuk keras serangan itu dan menyerukan pertanggungjawaban. Namun, masa depan Ukraina tetap tidak pasti di tengah konflik yang terus berlanjut.