Netanyahu Perintah Peningkatan Intensitas Serangan Militer ke Gaza, Rundingan Gencatan Senjata Terancam Gagal

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah menginstruksikan militer untuk meningkatkan tekanan terhadap kelompok Hamas di Jalur Gaza. Perintah ini dikeluarkan di tengah kebuntuan dalam negosiasi gencatan senjata antara kedua belah pihak.

Dalam pidato yang disiarkan secara nasional, Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan terus berjuang sampai mencapai kemenangan, meskipun dengan biaya yang besar. Pernyataan ini muncul setelah Hamas menolak proposal gencatan senjata sementara yang diajukan Israel. Sebagai gantinya, Hamas bersikeras agar dicapai kesepakatan permanen untuk mengakhiri perang secara total dengan imbalan pembebasan sandera yang ditahan oleh kelompok tersebut.

Upaya mediasi yang dipimpin oleh Mesir untuk menghidupkan kembali kesepakatan gencatan senjata menemui jalan buntu. Kesepakatan sebelumnya, yang memungkinkan pembebasan sejumlah sandera, gagal diperpanjang setelah Israel berupaya mengubah persyaratan.

Hamas menyatakan bahwa mereka hanya akan membebaskan sandera yang tersisa sebagai bagian dari kesepakatan komprehensif yang mengakhiri perang sepenuhnya. Kelompok tersebut menuntut penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza dan dimulainya rekonstruksi wilayah yang hancur akibat konflik.

Sebelumnya, perundingan yang bertujuan untuk mencapai gencatan senjata selama 45 hari mengalami kemajuan yang terbatas. Tawaran terbaru dari Israel mencakup pembebasan 10 sandera yang masih hidup dengan imbalan pembebasan ribuan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel. Israel juga menawarkan untuk mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Namun, seorang pejabat Hamas mengungkapkan bahwa tawaran Israel tersebut juga mencakup tuntutan agar para pejuang Hamas meletakkan senjata sebagai syarat untuk mengakhiri perang secara permanen. Tuntutan ini ditolak oleh Hamas, yang menganggapnya sebagai upaya untuk melemahkan kelompok tersebut.

Kepala negosiator Hamas, Al-Hayya, menyatakan bahwa Hamas tidak akan terlibat dalam taktik yang digunakan oleh Netanyahu untuk mencapai agenda politiknya. Ia menekankan bahwa Hamas menginginkan kesepakatan komprehensif yang mencakup pertukaran tahanan secara menyeluruh sebagai imbalan atas penghentian perang, penarikan pasukan Israel, dan dimulainya rekonstruksi Jalur Gaza.

Situasi ini semakin memperburuk prospek perdamaian antara Israel dan Hamas, dan meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi konflik yang lebih luas. Masyarakat internasional terus menyerukan kepada kedua belah pihak untuk menahan diri dan kembali ke meja perundingan untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan.