Peternak Magetan Terapkan Lockdown Mandiri Cegah PMK, Sapi Seberat Hampir Satu Ton Incaran Presiden?
Peternak Magetan Terapkan Lockdown Mandiri Cegah PMK, Sapi Seberat Hampir Satu Ton Incaran Presiden?
Di tengah merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang melanda sejumlah daerah di Jawa Timur, Galang Saputra, seorang peternak di Desa Tamanarum, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan, mengambil langkah proaktif dengan menerapkan kebijakan lockdown mandiri di kandang sapinya. Langkah ini diambil sebagai upaya pencegahan penyebaran PMK pada 15 ekor sapi miliknya, sebuah tindakan yang dianggapnya krusial mengingat dampak PMK yang signifikan terhadap populasi ternak.
Selama hampir tiga bulan, kandang sapi milik Galang, yang diberi nama “Pendowo”, telah diisolasi total. Akses masuk ke kandang dibatasi ketat, termasuk bagi petugas kesehatan hewan. Keputusan ini diambil Galang bukan tanpa alasan. Ia menyamakan penyebaran PMK dengan pandemi Covid-19, menekankan pentingnya pembatasan kontak untuk mencegah penyebaran virus yang cepat. “Saya sudah hampir tiga bulan melakukan lockdown mandiri. PMK ini sama seperti Covid-19, jadi siapa pun saya larang masuk kandang, termasuk dokter hewan,” ungkap Galang saat ditemui di kandangnya.
Namun, lockdown mandiri bukanlah satu-satunya strategi yang diterapkan Galang. Ia juga menerapkan protokol kesehatan dan perawatan yang ketat untuk menjaga kesehatan ternaknya. Upaya ini mencakup pembersihan kandang secara berkala, pemeliharaan sanitasi yang optimal, serta pemberian ramuan tradisional berupa jamu empon-empon. “Kandang harus bersih, sapi dimandikan setiap pagi, dan kita berikan jamu empon-empon. Sebulan sekali, kita juga berikan tambahan telur ayam kampung atau telur bebek,” jelasnya.
Ramuan jamu empon-empon yang terdiri dari kunyit dan temulawak ini, menurut Galang, diformulasikan untuk meningkatkan daya tahan tubuh sapi dan menjaga kesehatan pencernaan. Bahan-bahan tersebut dihaluskan menjadi serbuk dan dicampur dengan pakan sapi. Selain itu, Galang juga rutin menyemprot kaki sapi dengan desinfektan untuk mencegah infeksi bakteri.
Di antara 15 ekor sapi miliknya, terdapat seekor sapi peranakan Ongole (PO) berusia tiga tahun bernama Cipto yang mencuri perhatian. Berat badan Cipto yang mencapai hampir satu ton menjadikannya primadona di kandang Pendowo. Galang memberikan perhatian khusus pada Cipto, memberinya pakan konsentrat dan ramuan jamu yang lebih banyak dibandingkan sapi lainnya. “Cipto ini sapi idola karena perawakannya bagus, beratnya juga paling berat di sini, makanya dapat perhatian khusus. Jamunya lebih sering dibandingkan sapi lain,” tambah Galang.
Meskipun menerapkan lockdown mandiri membutuhkan biaya perawatan yang cukup besar, Galang tetap berkomitmen untuk menjaga kesehatan ternaknya. Ia berharap upaya ini akan membuahkan hasil berupa peningkatan nilai jual sapi-sapinya di masa mendatang. “Kita punya beberapa jenis sapi, ada Limosin, Simental, dan beberapa PO. Alhamdulillah semua sehat. Semoga nanti di Hari Raya Idul Adha memiliki harga yang tinggi,” harapnya.
Lebih jauh lagi, Galang menyimpan harapan besar agar sapi Cipto dapat menjadi hewan kurban Presiden Prabowo Subianto. Meskipun telah mendapat tawaran pembelian dengan harga lebih dari Rp 45 juta, Galang belum bersedia melepas Cipto, berharap bobotnya mencapai satu ton dan mendapatkan penawaran harga yang lebih tinggi, sekitar Rp 80 juta. “Sudah ada yang menawar, tapi kami belum berniat menjual. Harapannya kalau Pak Presiden Prabowo berminat, kita akan lepas di Hari Raya Idul Adha,” katanya dengan senyum lebar.