Jompet Kuswidananto Gelar Pameran 'Arak-Arak' di Ruang Terlupakan Pasar Tunjungan
Di jantung Kota Surabaya, tepatnya di Jalan Tunjungan yang sarat sejarah, sebuah ruang tersembunyi di lantai 3 Pasar Tunjungan menjadi saksi bisu transformasi artistik. Selama 35 tahun, ruang ini dibiarkan kosong dan terlupakan, namun kini, berkat inisiatif seniman Jompet Kuswidananto bersama Art Jog, ruang tersebut dihidupkan kembali melalui pameran tunggal bertajuk "Arak-Arak".
Jompet Kuswidananto, seniman asal Yogyakarta, menghadirkan 12 karya seni instalasi yang membawa pengunjung dalam perjalanan menelusuri labirin memori kolektif. Pameran ini bukan sekadar pajangan visual, melainkan sebuah dialog antara masa lalu yang belum sepenuhnya terungkap dengan realitas masa kini. Jompet mengungkapkan ketertarikannya pada fragmen-fragmen sejarah yang seringkali terlewatkan, namun justru memiliki pengaruh besar dalam membentuk identitas kita saat ini. "Saya terlalu tertarik pada masa lalu, yang tidak tercatat, belum selesai. Tanpa kita sadari, dia yang membentuk kita hari ini," ujarnya.
Istilah "Arak-Arakan" sendiri merujuk pada prosesi atau iring-iringan yang melibatkan banyak orang, sebuah representasi visual dari kerumunan memori yang saling bersaing untuk mendapatkan perhatian. Jompet menjelaskan bahwa masa lalu adalah seperti kerumunan yang berdesakan, di mana tidak semua cerita dapat terungkap sepenuhnya. Banyak aspek sejarah yang terlupakan atau sengaja disembunyikan demi kelangsungan hidup.
Salah satu karya yang mencuri perhatian adalah instalasi "Masa Lalu", sebuah representasi kuat dari aksi demonstrasi Reformasi 1998. Ratusan sepatu bekas tertata di atas lantai yang lusuh, bendera-bendera identitas berkibar dari langit-langit yang rapuh, belasan manekin berdiri membisu, dan kepala motor tergantung sebagai simbol kekuatan dan perlawanan. Suara mesin dan orasi yang menggema menciptakan kembali atmosfer tegang dan penuh harapan pada masa itu. Instalasi ini mengajak penonton untuk merenungkan kembali makna demokrasi dan partisipasi masyarakat dalam perubahan sosial.
Ayos Purwoaji, penulis yang mendalami karya-karya Jompet dalam pameran ini, menekankan bahwa demokrasi tidak hanya hadir dalam wacana, tetapi juga dalam kebisingan yang mendesak, yang memaksa setiap orang untuk mendengarkan dan merespons. Kemerduan demonstrasi pada masa itu bukan sekadar ekspresi performatif, melainkan sebuah fenomena yang terus bergema hingga saat ini. Di tengah alam demokrasi terkini di Indonesia, derau dan kebisingan bukan lagi gangguan, melainkan tanda zaman yang mengingatkan kita akan pentingnya kebebasan berekspresi dan partisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pameran "Arak-Arak" berlangsung mulai 19 April hingga 3 Mei 2025 di lantai 3 Pasar Tunjungan Surabaya, menjadi pembuka yang menggugah selera menuju Art Jog 2025, sebuah perhelatan seni akbar yang dinantikan oleh para seniman dan pecinta seni di seluruh Indonesia.