Eskalasi Ketegangan: Provokasi Digital Ancam Masjid Al-Aqsa di Tengah Konflik yang Memanas

Gelombang kecaman muncul dari Palestina terhadap eskalasi provokasi yang dilakukan oleh kelompok ekstremis sayap kanan Israel. Mereka menyerukan penghancuran Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur, menambah bara dalam konflik yang sudah memanas.

Kementerian Luar Negeri Palestina menyampaikan kecaman keras terhadap video yang dibuat menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) berjudul "Tahun Depan di Yerusalem." Video tersebut, yang beredar luas di platform media sosial berbahasa Ibrani yang dikenal dengan pandangan ekstremnya, menggambarkan skenario mengerikan berupa pemboman Masjid Al-Aqsa dan penggantiannya dengan struktur yang mereka sebut sebagai Bait Suci Ketiga.

"Video provokatif ini adalah bagian dari kampanye sistematis untuk meningkatkan serangan terhadap tempat-tempat suci Islam dan Kristen di Yerusalem yang diduduki," demikian pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Palestina.

Pemerintah Palestina menuduh kepemimpinan sayap kanan Israel memanfaatkan situasi yang ada, termasuk kurangnya tindakan tegas dari masyarakat internasional terhadap dugaan genosida di Gaza, untuk memajukan agenda Yahudisasi dan kolonialisme mereka.

Kementerian mendesak komunitas internasional, khususnya badan-badan di bawah naungan PBB, untuk menanggapi serius hasutan tersebut dan mengambil langkah-langkah hukum yang diperlukan untuk menghentikan tindakan sepihak Israel terhadap Palestina.

Video penghancuran Masjid Al-Aqsa juga beredar di platform media sosial X. Dalam video tersebut, terlihat Dome of the Rock, bangunan ikonik yang terletak di tengah kompleks Masjid Al-Aqsa, diledakkan hingga hancur sebelum digantikan oleh bangunan baru.

Ini bukan pertama kalinya kelompok ekstremis melakukan aksi provokatif serupa. Pada Desember 2024, kelompok sayap kanan yang menamakan diri mereka "Aktivis Temple Mount" merilis gambar AI yang mensimulasikan pembangunan kuil di atas reruntuhan Masjid Al-Aqsa.

Status Quo Masjid Al-Aqsa di Ujung Tanduk?

Aksi provokatif yang berulang di kompleks Masjid Al-Aqsa menimbulkan kekhawatiran serius tentang masa depan status quo yang telah lama berlaku di tempat suci tersebut. Meskipun pejabat Israel mengklaim bahwa status quo di Al-Aqsa tetap dipertahankan, Departemen Wakaf Islam di Yerusalem, yang secara resmi bertanggung jawab atas pengelolaan situs tersebut, membantah klaim tersebut.

Status quo yang mengacu pada aturan sebelum tahun 1967, secara eksplisit hanya mengizinkan umat Islam untuk beribadah di kompleks tersebut. Namun, dalam praktiknya, pelanggaran terhadap kesucian situs tersebut terus terjadi.

Baru-baru ini, kelompok sayap kanan menyerukan serangan massal ke kompleks Al-Aqsa selama perayaan Paskah Yahudi. Laporan dari sejumlah media lokal mengindikasikan bahwa ratusan orang Yahudi memasuki kompleks masjid dan melakukan ritual doa di sana, sementara ribuan lainnya menari dan berpesta di dekat Gerbang Singa.

Otoritas Israel diketahui telah mengizinkan pemukim memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa hampir setiap hari sejak tahun 2003, yang semakin memperburuk ketegangan dan memicu kemarahan umat Islam di seluruh dunia.

Situasi di sekitar Masjid Al-Aqsa tetap sangat tegang dan tidak stabil. Setiap tindakan provokatif, baik yang dilakukan secara fisik maupun melalui media digital, berpotensi memicu konflik yang lebih luas dan mengancam perdamaian di kawasan tersebut.