Video Monolog Gibran dan Sorotan Motif Politik di Baliknya
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka baru-baru ini merilis sebuah video monolog yang mengangkat isu bonus demografi di Indonesia. Langkah ini segera memicu berbagai tanggapan, salah satunya dari Peneliti Senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lili Romli. Lili Romli menilai bahwa inisiatif Gibran tersebut sarat akan muatan politis dan merupakan upaya untuk meningkatkan atensi publik.
Lili Romli, saat dihubungi pada Minggu (20/4/2025), menyatakan bahwa sebagai seorang pejabat publik setingkat wakil presiden, setiap tindakan dan pernyataan Gibran tak lepas dari interpretasi politik. Masyarakat cenderung melihat adanya motif tertentu di balik setiap langkah yang diambil oleh tokoh politik. Dalam konteks video monolog ini, Lili Romli menduga bahwa tim media Gibran berusaha menarik perhatian publik, khususnya generasi muda, dengan mengangkat tema bonus demografi yang disajikan dalam format monolog.
Lebih lanjut, Lili Romli menjelaskan bahwa kecenderungan motif politik ini semakin terlihat karena peran wakil presiden yang lazimnya lebih banyak menunggu penugasan dari presiden. Namun, dengan mengambil inisiatif membuat video monolog, Gibran seolah mempertegas adanya agenda politik di baliknya. Lili Romli juga menyoroti bahwa penyampaian monolog yang terstruktur dan sistematis merupakan bagian dari strategi komunikasi politik untuk meraih simpati dari kalangan muda. Format monolog dinilai dapat mengurangi risiko kesalahan bicara dan memberikan kesan yang lebih menarik di mata publik. Pemilihan isu bonus demografi juga dianggap relevan karena menyentuh langsung kegelisahan generasi muda tentang masa depan.
Lili Romli memperingatkan bahwa meskipun video monolog ini berpotensi menarik perhatian dan simpati, terutama jika direspon positif oleh kaum muda, namun juga berisiko dianggap sebagai sekadar upaya pencitraan. Terlebih, sebagian masyarakat mungkin menilai bahwa kemampuan berbicara Gibran secara langsung tidak sebaik penampilannya dalam video monolog. Jika persepsi negatif ini muncul, video tersebut bisa saja dianggap angin lalu dan tidak memberikan dampak yang signifikan.
Dalam video yang diunggah di kanal YouTube pribadinya pada Sabtu (19/4/2025), Gibran menyampaikan pandangannya tentang bonus demografi di Indonesia. Ia menekankan bahwa Indonesia saat ini berada dalam momen krusial di tengah berbagai tantangan global, mulai dari perang dagang, geopolitik, hingga perubahan iklim. Gibran menekankan pentingnya Indonesia untuk terus tumbuh, menjadi lebih lincah, dan adaptif dalam menghadapi tantangan tersebut.
Gibran menyoroti bahwa lebih dari separuh populasi Indonesia, sekitar 208 juta jiwa, akan berada dalam usia produktif pada periode 2030-2045. Ia menyebut ini sebagai kesempatan emas yang hanya terjadi sekali dalam sejarah peradaban bangsa. Bonus demografi ini, menurutnya, harus dikelola dengan baik agar tidak hanya menjadi sekadar angka statistik, tetapi menjadi jawaban untuk masa depan Indonesia. Gibran juga mendorong generasi muda untuk mempersiapkan diri, memiliki mimpi besar, berani melakukan terobosan, serta beradaptasi dengan perubahan. Ia mengingatkan bahwa di era kompetisi saat ini, yang menentukan bukanlah kekuatan fisik, tetapi kemampuan untuk belajar, beradaptasi, dan memanfaatkan peluang dengan cepat.
Video monolog Gibran ini menjadi sorotan karena berbagai alasan. Selain kontennya yang mengangkat isu penting tentang bonus demografi, langkah ini juga dinilai sebagai upaya Gibran untuk membangun citra dan memperkuat posisinya di panggung politik nasional.