Video Monolog Gibran Rakabuming Raka: Antara Strategi Komunikasi dan Potensi Pencitraan

Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka baru-baru ini meluncurkan sebuah video monolog yang membahas tentang bonus demografi di Indonesia. Langkah ini kemudian menuai berbagai tanggapan dari berbagai pihak. Salah satunya adalah Lili Romli, seorang Peneliti Senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang menilai bahwa video tersebut berpotensi dianggap sebagai upaya pencitraan oleh masyarakat.

Menurut Lili Romli, persepsi negatif ini bisa muncul karena kemampuan Gibran dalam berbicara langsung di depan publik dinilai kurang maksimal dibandingkan dengan penyampaiannya dalam format monolog. "Jika berbicara secara langsung, tidak sebagus bicara secara monolog. Tentu kalau dianggap negatif, dianggap angin lalu saja, dianggap bagian dari pencitraan,” ujarnya. Namun, Lili juga menambahkan bahwa video monolog ini dapat menjadi modal sosial dan politik yang berharga bagi Gibran jika mendapatkan respon positif dari masyarakat. Ia berpendapat bahwa pemilihan format monolog adalah strategi yang disengaja untuk meminimalisir risiko kesalahan ucap dan membangun citra yang positif.

Strategi Komunikasi yang Terukur

Lili Romli menjelaskan bahwa Gibran Rakabuming Raka memilih format monolog sebagai strategi komunikasi yang terukur dan aman. Monolog memungkinkan Gibran untuk menyampaikan pesan dengan tutur kata yang teratur dan sistematis. Tema bonus demografi yang diangkat dalam monolog tersebut dinilai sangat relevan dengan generasi muda, sehingga berpotensi menarik perhatian dan simpati dari kelompok tersebut. Jika responsnya positif, ini bisa menjadi modal sosial dan politik yang signifikan bagi Gibran di masa depan.

Mencuri Perhatian Publik

Video monolog ini juga dianggap sebagai upaya Gibran untuk mencuri perhatian publik. Sebagai seorang wakil presiden, Gibran sebenarnya hanya perlu menunggu tugas dari presiden. Namun, dengan membuat video monolog, Gibran menunjukkan inisiatif untuk tampil dan menarik perhatian publik. Lili Romli menilai bahwa hal ini wajar karena setiap pejabat publik memiliki motif politik. Namun, ia mengingatkan agar pejabat publik berhati-hati dalam berucap dan bertindak, karena setiap tindakan dan ucapan mereka akan dinilai oleh publik.

Isi Video Monolog Gibran

Dalam video monolognya, Gibran Rakabuming Raka membahas tentang bonus demografi yang sedang terjadi di Indonesia. Ia menyampaikan bahwa Indonesia berada dalam momen yang sangat menentukan di tengah tantangan global seperti perang dagang, geopolitik, dan perubahan iklim. Gibran menekankan bahwa Indonesia sebagai negara besar harus tetap tumbuh, lincah, dan adaptif.

Ia juga menyoroti bahwa lebih dari separuh penduduk Indonesia, atau sekitar 208 juta jiwa, akan berada pada usia produktif pada tahun 2030-2045. Ini merupakan peluang besar dan kesempatan emas untuk mengelola bonus demografi agar memberikan manfaat maksimal bagi masa depan Indonesia. Gibran mendorong generasi muda untuk menyiapkan diri, memiliki mimpi besar, dan berani membuat terobosan. Ia juga mengingatkan generasi muda untuk beradaptasi dan menjadi tonggak kemajuan.

Imbauan untuk Generasi Muda

Dalam pesannya, Gibran Rakabuming Raka menekankan pentingnya adaptasi dan pemanfaatan peluang bagi generasi muda. Ia mengatakan bahwa penentu di era kompetisi saat ini bukan siapa yang paling kuat, tetapi siapa yang paling cepat belajar, cepat beradaptasi, dan cepat memanfaatkan peluang.

Video monolog Gibran Rakabuming Raka ini memicu perdebatan tentang strategi komunikasi politik dan potensi pencitraan. Terlepas dari berbagai tanggapan yang muncul, video ini menunjukkan bahwa Gibran ingin tampil sebagai sosok yang aktif dan memiliki visi untuk masa depan Indonesia.