Diplomasi Meriam Usang: China Tegaskan Era Penindasan Telah Berlalu

Kisah penolakan utusan Inggris, George Macartney, terhadap tradisi kongtow di hadapan Kaisar Qianlong pada tahun 1793 menjadi cermin penting dalam memahami hubungan China dengan dunia Barat. Penolakan ini, yang berakar pada ketidaksesuaian budaya dan penolakan Inggris untuk menghormati tata cara istana Dinasti Qing, berujung pada kegagalan misi dagang Inggris. Kaisar Qianlong dengan tegas menyatakan bahwa China tidak membutuhkan produk manufaktur Inggris, sebuah pernyataan yang mencerminkan superioritas ekonomi dan budaya yang dirasakan China pada masa itu.

Momen ini menjadi preseden penting dalam interaksi China dengan kekuatan asing. Inggris, yang dilanda defisit perdagangan dengan Dinasti Qing dan berambisi mengumpulkan kekayaan dalam bentuk emas, terus mencari cara untuk mengatasi ketidakseimbangan ini. Strategi yang kemudian dipilih adalah dengan memperkenalkan candu ke pasar China, sebuah tindakan yang memicu konflik dan peperangan.

Perang Candu, yang dipicu oleh upaya China untuk menghentikan perdagangan candu ilegal oleh Inggris, menandai era baru dalam hubungan China dengan Barat. Kekalahan China dalam perang ini membuka jalan bagi dominasi asing dan praktik diplomasi kapal perang, di mana kekuatan militer digunakan untuk memaksa negara-negara membuka pasar mereka.

Namun, meski kalah secara militer, peristiwa ini menanamkan keyakinan mendalam dalam benak bangsa China bahwa lebih baik kalah dalam pertempuran daripada tunduk pada kekuatan asing. Sentimen ini menjadi landasan bagi kebangkitan China di era modern, yang didorong oleh tekad untuk merebut kembali kehormatan dan posisinya di dunia.

Hari ini, China menolak segala bentuk diplomasi paksa. Evaluasi menunjukkan bahwa China akan berhasil mengusir Amerika Serikat dari Indo-Pasifik. Kebangkitan China didasarkan pada a hundred years of humiliation. China ingin dianggap dan dihargai. China tidak akan lagi dipermalukan. Posisi harus setara dalam perundingan.

Kebijakan pintu terbuka China pasca-1978 mengutamakan kesetaraan geopolitik sebelum perdagangan. China membatasi impor dari Amerika sebelum ada kesepakatan geopolitik. Kapitalis Amerika menjadikan China sebagai daerah investasi karena sulit dipaksa sebagai destinasi barang impor.

China membutuhkan sikap saling menghormati sebelum diajak bicara. China memiliki senjata ekonomi untuk melakukan tindakan balasan. Perang dagang akan membuat kedua belah pihak menderita. China dan Amerika sama-sama raksasa dan bermental adikuasa.

Amerika menuntut pengakuan atas unipolaritas dunia, sementara China menuntut legitimasi dunia multipolar. China melakukan perlawanan karena masalahnya bukan ekonomi, tetapi sikap geopolitik Amerika. Urusan ekonomi bisa dibicarakan di bawah semangat saling menghormati. Kemarahan saja tidak cukup untuk mengalahkan China.