Krisis Sampah Yogyakarta: Pemerintah Pusat Turun Tangan Atasi Tumpukan Menggunung
Yogyakarta, kota yang dikenal dengan budaya dan pariwisatanya, tengah menghadapi permasalahan serius terkait pengelolaan sampah. Tumpukan sampah yang menggunung di berbagai sudut kota, mulai dari jalanan hingga area publik, menjadi perhatian utama pemerintah pusat. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengambil langkah proaktif untuk mengatasi krisis ini.
Persoalan sampah di Yogyakarta semakin kompleks sejak penutupan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Piyungan pada tahun 2023. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah, termasuk penutupan ratusan tempat pembuangan sampah ilegal, masalah ini belum menemukan solusi tuntas. Situasi diperparah dengan fakta bahwa Yogyakarta menjadi daerah hilir pembuangan sampah dari wilayah sekitarnya.
Menteri KLHK menekankan pentingnya kerjasama antara pemerintah daerah dalam penanganan sampah. Sesuai arahan Presiden Republik Indonesia, pengelolaan sampah harus dilakukan secara terkoordinasi antar bupati dan di bawah supervisi gubernur. Pemerintah pusat berencana untuk mengambil alih penanganan sampah dengan volume mencapai ribuan ton per hari. Salah satu solusi yang dipertimbangkan adalah teknologi waste to energy, yang mengubah sampah menjadi sumber energi.
Pemerintah pusat akan memberikan subsidi untuk energi yang dihasilkan dari sampah, sehingga dapat terintegrasi ke dalam jaringan listrik nasional. Presiden menginstruksikan untuk mempercepat proses regulasi dan implementasi solusi ini. Sebelumnya, Kementerian LHK telah mengirimkan tim investigasi ke Yogyakarta untuk mengkaji permasalahan sampah secara mendalam dan mencari solusi yang efektif.
KLHK mengajak masyarakat untuk lebih aktif dalam pengelolaan sampah mandiri sebelum membuangnya ke TPA. Pengolahan sampah di tingkat rumah tangga diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA dan meringankan beban lingkungan. Keluhan mengenai masalah sampah di Yogyakarta telah disuarakan oleh berbagai pihak, termasuk Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan Association of The Indonesian Tour and Travel Agencies (ASITA). Turis asing seringkali mengeluhkan bau tidak sedap dan tumpukan sampah yang mengganggu pengalaman wisata mereka.