Kadin dan Pemerintah Bahas Strategi Baru Produk Perikanan di Tengah Isu Tarif AS

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersama pemerintah berupaya menyusun strategi baru untuk produk perikanan dan kelautan Indonesia di pasar internasional. Langkah ini diambil di tengah berlangsungnya negosiasi tarif dengan Amerika Serikat (AS) yang berpotensi mempengaruhi ekspor produk perikanan Indonesia.

Wakil Ketua Umum Bidang Kelautan dan Perikanan Kadin Indonesia, Yugi Prayanto, menekankan pentingnya perbaikan data sektor perikanan sebagai langkah awal penataan. Menurutnya, data yang akurat dan komprehensif akan menjadi landasan bagi pengambilan kebijakan yang tepat sasaran dan efektif dalam meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia di pasar global.

"Pemerintah, Badan Pusat Statistik (BPS), dan para pemangku kepentingan sedang berupaya mencari solusi untuk membenahi big data perikanan," ujar Yugi dalam acara halal bihalal Kadin bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Jakarta. Yugi menambahkan, dengan big data yang akurat, target pertumbuhan ekonomi sektor perikanan sebesar 8 persen dapat dihitung dan dicapai dengan lebih baik.

Usulan penataan ini sejalan dengan visi menjadikan perikanan sebagai komoditas ekspor unggulan Indonesia. Yugi meyakini bahwa isu sosial juga dapat menjadi pertimbangan penting bagi pemerintah AS dalam mengambil keputusan terkait perdagangan.

"Amerika Serikat biasanya sangat memperhatikan isu-isu sosial. Selain itu, mereka tidak memiliki swasembada perikanan, sehingga membutuhkan pasokan dari negara lain, termasuk Indonesia. Faktor push and pull ini penting untuk diperhatikan," jelas Yugi.

Yugi juga menekankan perlunya memberikan masukan secara berkala terkait isu-isu terbaru dalam perang tarif yang sedang berlangsung.

Sementara itu, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Tornanda Syaifullah, menyatakan bahwa pemerintah sedang menyiapkan solusi konkret dalam waktu 90 hari sejak pemberlakuan tarif. Salah satu solusi yang disiapkan adalah membidik pasar baru jika pasar AS tidak lagi memungkinkan akibat tarif yang terlalu tinggi.

"Jika pasar Amerika Serikat tidak lagi memungkinkan karena tarif terlalu tinggi, kita harus membidik pasar baru, seperti Uni Emirat Arab, Asia Tenggara, atau Eropa," kata Tornanda.

Berdasarkan data KKP, Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama ekspor produk perikanan Indonesia pada tahun 2024. Nilai ekspor perikanan ke AS mencapai 1,90 miliar dollar AS atau 31,97 persen dari total ekspor perikanan Indonesia. Negara tujuan ekspor utama lainnya adalah:

  • China (20,88 persen)
  • ASEAN (14,39 persen)
  • Jepang (10,06 persen)
  • Uni Eropa (6,96 persen)

AS juga merupakan negara tujuan utama ekspor udang Indonesia, dengan pangsa 63 persen dari total volume ekspor udang pada tahun 2024 yang mencapai 214.575 ton. Negara tujuan ekspor udang lainnya adalah:

  • Jepang (15 persen)
  • China dan ASEAN (6 persen)
  • Uni Eropa (4 persen)
  • Rusia, Taiwan, dan Korea (1 persen).

Pemerintah Indonesia telah memulai negosiasi terkait pemberlakuan tarif oleh pemerintah AS. Negosiasi ini melibatkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, dan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka dengan US Trade Representative (USTR) dan US Secretary of Commerce.