Eskalasi Ketegangan: China Ancam Balas Dendam pada Negara yang Bekerja Sama dengan AS
Kementerian Perdagangan China mengeluarkan pernyataan keras yang memperingatkan konsekuensi bagi negara-negara yang bersekutu dengan Amerika Serikat dalam kebijakan yang merugikan kepentingan Beijing. Peringatan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran global tentang potensi perang dagang yang lebih luas antara dua ekonomi terbesar dunia.
Langkah-langkah proteksionis yang diprakarsai oleh pemerintahan Presiden AS saat itu, termasuk penerapan tarif terhadap barang-barang Tiongkok, telah memicu ketegangan dan memicu pembalasan dari Beijing. China menuduh AS melakukan "penyalahgunaan tarif" dan "perundungan sepihak," menggambarkan tindakan tersebut sebagai ancaman terhadap sistem perdagangan multilateral.
Sebagai tanggapan, China telah memberlakukan tarif pembalasan terhadap impor AS, membatasi ekspor mineral strategis, dan memasukkan beberapa perusahaan AS ke dalam daftar hitam. Eskalasi tindakan ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampak buruk pada rantai pasokan global dan prospek pertumbuhan ekonomi dunia.
Presiden China Xi Jinping baru-baru ini melakukan perjalanan ke Vietnam, Malaysia, dan Kamboja, yang bertujuan untuk memperkuat hubungan ekonomi dan membangun front persatuan melawan proteksionisme perdagangan. Dalam pertemuannya dengan para pemimpin negara-negara Asia Tenggara ini, Xi menekankan pentingnya kerja sama dan penentangan terhadap tindakan sepihak yang mengancam tatanan perdagangan global.
Pergeseran lanskap perdagangan global telah mendorong China untuk mencari mitra dagang alternatif dan memperdalam hubungan ekonomi dengan kawasan seperti Asia Tenggara. Sementara AS tetap menjadi mitra dagang utama bagi China, pertumbuhan perdagangan dengan negara-negara ASEAN telah memberikan sumber dukungan dan diversifikasi yang penting bagi ekonomi Tiongkok.
Di tengah meningkatnya ketidakpastian, China telah mengambil tindakan untuk memperkuat posisinya dalam sistem perdagangan multilateral. Penunjukan Li Chenggang sebagai negosiator perdagangan internasional utama dan duta besar untuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mencerminkan komitmen Beijing untuk terlibat dalam upaya diplomatik dan membela kepentingannya melalui kerangka hukum internasional.
Analis memperkirakan bahwa negosiasi antara AS dan China akan tetap menjadi tantangan, dengan perbedaan yang signifikan yang perlu diatasi. Namun, kedua belah pihak menyadari pentingnya menghindari eskalasi lebih lanjut dan menemukan jalan untuk hidup berdampingan secara damai. Konsekuensi dari perang dagang yang berkepanjangan akan meluas jauh melampaui perbatasan kedua negara, mempengaruhi bisnis, konsumen, dan ekonomi di seluruh dunia.
Berikut adalah tindakan pembalasan yang dilakukan China:
- Mengenakan tarif pembalasan terhadap impor AS.
- Membatasi ekspor mineral strategis.
- Memasukkan beberapa perusahaan AS ke dalam daftar hitam.