Liana Tasno: Dedikasi dan Emansipasi Perempuan di Balik Kebangkitan PSIM Yogyakarta
Di tengah dominasi kaum pria dalam dunia sepak bola Indonesia, nama Liana Tasno mencuat sebagai simbol emansipasi dan kepemimpinan perempuan yang inspiratif. Sebagai Direktur Utama PSIM Yogyakarta, Liana telah membuktikan bahwa gender bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan dalam industri yang kompetitif ini.
Perjalanan Liana di dunia sepak bola dimulai tujuh tahun lalu sebagai manajer komersial timnas Indonesia di bawah kepemimpinan Edy Rahmayadi. Pada tahun 2019, ia bergabung dengan PSIM sebagai Direktur Bisnis, menunjukkan dedikasi dan kemampuannya dalam mengelola klub sepak bola. Puncaknya, pada awal musim 2023, Liana dipercaya untuk menduduki posisi tertinggi sebagai Direktur Utama, sebuah pencapaian yang membanggakan.
Liana meyakini bahwa perempuan memiliki keunggulan tersendiri dalam dunia kerja, terutama dalam hal ketelitian dan perhatian terhadap detail. Ia juga mengakui bahwa sisi emosional dan kewanitaannya tetap berperan dalam kepemimpinannya, memungkinkannya untuk membangun hubungan yang lebih kuat dan memahami tim secara mendalam.
Sebagai seorang pemimpin, Liana menekankan pentingnya edukasi dalam membangun organisasi yang kuat dan berkelanjutan. Ia percaya bahwa regenerasi hanya dapat terjadi jika ada ruang belajar yang terbuka bagi semua anggota tim. Baginya, tugas utama seorang pemimpin adalah memberikan edukasi dan membimbing tim menuju kesuksesan.
Meski demikian, Liana mengakui bahwa kesabaran seorang pemimpin memiliki batas. Ia tidak segan untuk menunjukkan emosinya jika ada anggota tim yang tidak mampu mengikuti arahan setelah diberi kesempatan berulang kali. Namun, ia selalu berusaha untuk menyampaikan kritik dengan cara yang konstruktif dan penuh kasih sayang.
Meskipun sempat bercita-cita menjadi Menteri Olahraga, Liana memilih untuk fokus pada satu tujuan besar, yaitu membawa PSIM Yogyakarta ke Liga 1. Impian ini akhirnya terwujud pada musim ini, ketika PSIM berhasil meraih gelar juara Liga 2 2024-2025.
Perjalanan menuju kesuksesan ini tentu tidak mudah. Liana mengakui bahwa ia sempat merasa ingin menyerah. Namun, kecintaannya pada sepak bola dan euforia yang dirasakan saat timnya meraih kemenangan membuatnya terus bersemangat. Momen kemenangan atas Persis pada tahun 2021 menjadi salah satu pengalaman yang tak terlupakan, di mana seluruh masyarakat Yogyakarta dapat merayakan bersama.
Keberhasilan PSIM promosi ke Liga 1 untuk pertama kalinya sejak 2007 menjadikan nama Liana Tasno semakin dikenal. Ia menjadi sorotan bukan hanya karena prestasinya, tetapi juga karena perannya sebagai perempuan yang memimpin klub sepak bola bersejarah.
Tugas Liana sebagai Direktur Utama mencakup berbagai aspek manajemen klub, mulai dari pengembangan bisnis, keuangan, operasional tim, hingga marketing. Ia bahkan melakukan pemangkasan birokrasi untuk meningkatkan efisiensi.
Liana menolak pandangan bahwa perempuan adalah "manusia kedua" dalam sepak bola. Baginya, kemampuan bekerja, kompetensi dalam berpikir dan mengimplementasikan strategi, penguasaan administrasi, dan kemampuan negosiasi adalah faktor-faktor yang lebih penting daripada gender.
Ia juga merasa bersyukur atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam perjalanan PSIM menuju Liga 1. Liana percaya bahwa keberhasilan ini adalah berkat kerja keras seluruh tim dan berkat Tuhan.
Promosi ke Liga 1 menandai akhir penantian panjang selama 18 tahun bagi PSIM. Namun, bagi Liana, keberhasilan ini bukan hanya tentang dirinya, melainkan tentang seluruh tim dan masyarakat Yogyakarta yang telah mendukung PSIM tanpa henti.
Berikut adalah daftar tugas Liana Tasno sebagai Direktur Utama:
- Pengembangan bisnis
- Keuangan
- Operasional tim
- Marketing
- Pemangkasan birokrasi