Pesona dan Bahaya Piton Reticulatus: Adaptasi Ular Sanca Kembang di Lingkungan Manusia
Piton reticulatus, atau yang lebih dikenal dengan sebutan sanca kembang di kalangan masyarakat Jawa, merupakan salah satu jenis ular piton yang paling sering ditemukan di Indonesia. Reptil ini terkenal karena kemampuannya beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan, termasuk area pemukiman manusia.
Reo Prahara Romantika, seorang pecinta reptil di Surabaya, menjelaskan bahwa sanca kembang memiliki corak kulit yang menyerupai batik bunga-bunga. Warna cerah dan motifnya memungkinkan ular ini berkamuflase dengan lingkungan sekitarnya, seperti tumpukan kayu atau dedaunan kering. Piton reticulatus bergerak lebih lambat dibandingkan jenis ular lain, kecuali saat merasa terancam. Mereka adalah hewan nokturnal yang aktif mencari makan di malam hari.
Tidak seperti jenis piton lainnya yang memerlukan penyesuaian suhu ekstrim, piton reticulatus dapat hidup di berbagai kondisi. Hal ini menjadikan mereka populer di kalangan peternak reptil. Meskipun tidak memiliki bisa seperti kobra, piton reticulatus dikenal sebagai "raja lilit" karena kekuatan lilitannya yang mematikan. Mereka menggunakan lilitan untuk melumpuhkan dan membunuh mangsanya.
Ukuran piton reticulatus sangat berpengaruh terhadap tingkat bahaya yang ditimbulkan. Piton dengan panjang lebih dari tiga meter dianggap sangat berbahaya bagi manusia. Proses berburu piton dimulai dengan melilit mangsanya hingga mati, kemudian menelannya utuh mulai dari kepala. Pada musim kemarau, piton sering bersembunyi di gorong-gorong untuk memangsa tikus. Namun, saat musim hujan tiba dan gorong-gorong terisi air, mereka cenderung masuk ke rumah-rumah warga.
Keberadaan piton di permukiman warga semakin meningkat akibat hilangnya habitat alami mereka, yaitu hutan. Alih fungsi hutan menjadi area pemukiman memaksa piton mencari tempat berlindung di sekitar manusia. Selain itu, menipisnya populasi fauna di hutan menyebabkan piton kehilangan sumber makanan alami mereka, seperti rusa, babi hutan, buaya, elang, dan kijang. Akibatnya, mereka mencari makan di permukiman dengan memangsa hewan ternak seperti bebek, ayam, kucing, dan kambing. Sementara itu, biawak juga dikenal memangsa ayam, dan anak unggas sering menjadi mangsa kobra.
Fenomena ular piton memasuki wilayah pemukiman juga seringkali terjadi karena ular piton masuk ke langit-langit rumah, bahkan bersembunyi di toilet, berbeda dengan ular sawah yang masuk melalui celah pintu atau jendela. Ular piton cenderung masuk melalui bagian atas rumah. Hal ini menunjukkan bahwa adaptasi ular piton terhadap lingkungan manusia semakin meningkat seiring dengan perubahan ekosistem.