Sengketa Lahan Mencuat, Aktivitas Belajar Siswa SMAN 1 Bandung Terganggu

Keputusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang memenangkan Perkumpulan Lyceum Kristen (PLK) dalam sengketa lahan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, berdampak pada aktivitas belajar mengajar di SMAN 1 Bandung. Pihak sekolah menyatakan kekecewaannya atas putusan tersebut, yang dinilai mengejutkan dan tidak sesuai dengan harapan.

Wakil SMAN 1 Bandung bidang Humas, Kardiana, mengungkapkan bahwa sebelumnya sekolah memiliki keyakinan kuat bahwa PTUN akan memenangkan Pemprov Jawa Barat. Apalagi, kunjungan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) dan Gubernur Jawa Barat sempat memberikan harapan akan penyelesaian masalah sengketa lahan ini. Namun, kenyataannya, putusan PTUN justru berpihak pada PLK.

"Keputusan hakim ini sangat tiba-tiba. Kami kira, dengan kedatangan Wamen dan Gubernur, masalah ini akan selesai, ternyata malah bertambah," ujar Kardiana.

Kardiana menambahkan bahwa putusan PTUN ini menimbulkan keresahan di kalangan siswa, terutama siswa kelas 10 dan 11. Mereka merasa terganggu konsentrasinya dalam belajar karena memikirkan kelanjutan sekolah mereka di tengah sengketa lahan yang belum selesai. Sementara itu, siswa kelas 12 diminta untuk fokus pada persiapan ujian masuk perguruan tinggi yang akan datang.

"Anak-anak merasa khawatir tentang masa depan mereka. Seharusnya, ini adalah tempat mereka untuk mendapatkan ilmu, tetapi dengan adanya masalah ini, mereka menjadi bingung," kata Kardiana.

Kekhawatiran utama siswa adalah kemungkinan mereka harus pindah sekolah jika sengketa lahan ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Mereka merasa lelah setelah mengikuti proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dan memilih SMAN 1 Bandung karena lokasinya yang strategis.

Untuk meredam keresahan siswa, pihak sekolah telah memberikan pengarahan dan meminta siswa untuk tidak terlalu memikirkan masalah sengketa lahan ini. Siswa juga dilarang untuk melakukan aksi protes di luar lingkungan sekolah. Jika siswa ingin menyampaikan aspirasi mereka, sekolah memberikan wadah melalui kegiatan-kegiatan seperti drama atau pembuatan poster di lingkungan sekolah.

"Ibu kepala sekolah sudah menyampaikan bahwa kita memang sedang mengalami masalah ini, tetapi kegiatan belajar tetap harus berjalan. Siswa tidak perlu ikut demo di luar sekolah. Jika ingin menyampaikan protes, bisa dilakukan di lingkungan sekolah melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif," tutup Kardiana.

Pihak sekolah terus berupaya untuk memberikan dukungan dan motivasi kepada siswa agar tetap fokus pada pendidikan mereka, meskipun di tengah situasi yang tidak pasti akibat sengketa lahan ini. Sekolah juga berharap agar masalah ini dapat segera diselesaikan dengan baik demi kepentingan seluruh warga sekolah.