Gelombang Pelecehan Seksual Guncang Institusi Kesehatan: Sebuah Tinjauan Mendalam
Momentum Hari Kartini, yang seharusnya menjadi perayaan kesetaraan gender, ternodai oleh serangkaian kasus pelecehan seksual yang mencoreng citra institusi kesehatan. Di tengah upaya mewujudkan kesetaraan di berbagai bidang, insiden ini menjadi pengingat pahit bahwa perempuan masih rentan terhadap kekerasan dan pelecehan, bahkan di tempat yang seharusnya menjadi zona aman.
Kasus demi kasus mencuat ke permukaan, dimulai dari dugaan pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang residen anestesi di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) yang bertugas di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Priguna Anugerah Prayoga, nama residen tersebut, dituduh menyalahgunakan posisinya. Kasus ini mencuat setelah viral di media sosial, memicu kemarahan publik dan tuntutan akan keadilan. Kemudian, kasus serupa terjadi di Garut, Jawa Barat, di mana seorang pria berinisial MSF terekam melakukan pelecehan terhadap seorang ibu hamil di sebuah klinik. Video berdurasi 53 detik itu menjadi viral, memicu kecaman luas dan berujung pada penangkapan MSF oleh pihak kepolisian. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa korban pelecehan seksual yang dilakukan MSF diduga lebih dari satu orang.
Tidak berhenti di situ, kasus pelecehan oleh dokter juga terjadi di Jawa Timur. Berdasarkan laporan dari korban pertama, terungkap bahwa ada tiga korban yang diduga mengalami pelecehan seksual oleh dokter berinisial YA. Rangkaian kasus ini menimbulkan pertanyaan besar: mengapa pelecehan seksual masih terus terjadi, padahal ruang aman bagi perempuan semakin meluas dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keamanan perempuan semakin meningkat?
Untuk mengupas tuntas permasalahan ini, berbagai upaya dilakukan untuk mencari akar permasalahan dan solusi yang komprehensif. Komnas Perempuan turut memberikan pandangannya terkait fenomena ini. Selain itu, perkembangan terbaru kasus pelecehan oleh dokter di Malang terus dipantau. Investigasi mendalam dilakukan untuk mengungkap fakta-fakta baru dan memastikan bahwa para korban mendapatkan keadilan yang layak.
Di tengah keprihatinan ini, muncul secercah harapan. Woman Self Defense of Koporyu (WSDK) Indonesia, sebuah wadah bela diri praktis khusus perempuan yang berasal dari Kopo, Bandung, Jawa Barat, hadir untuk memberikan pelatihan kepada perempuan agar mampu melindungi diri dari potensi serangan dan pelecehan. Inisiatif ini menjadi salah satu upaya konkret untuk memberdayakan perempuan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kemampuan membela diri.
Rangkaian kasus pelecehan seksual di institusi kesehatan ini adalah alarm bagi kita semua. Ini adalah panggilan untuk bertindak, untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi perempuan, serta untuk memastikan bahwa pelaku pelecehan mendapatkan hukuman yang setimpal. Perlu adanya perubahan sistemik, peningkatan pengawasan, dan penegakan hukum yang tegas untuk mencegah kasus serupa terjadi di masa depan.