Ekspansi Berujung Nestapa: Kisah Bangkrut Restoran Mentai-Ya dengan Kerugian Miliaran Rupiah
Industri kuliner, yang dikenal dinamis dan penuh persaingan, kembali menelan korban. Kali ini, kisah pahit datang dari Khoo Keat Hwee, seorang pengusaha asal Singapura yang harus merelakan bisnis restoran Jepang miliknya, Mentai-Ya, gulung tikar setelah mengalami kerugian yang mencapai angka fantastis, yakni Rp 7 miliar. Padahal sebelumnya restoran ini memiliki 9 cabang.
Kisah pilu ini bermula ketika Keat Hwee, yang sebelumnya sempat merasakan manisnya kesuksesan dengan membuka beberapa cabang Mentai-Ya, harus menghadapi kenyataan pahit bahwa bisnisnya tak mampu bertahan. Awalnya, ia berencana untuk mempertahankan tiga gerai yang tersisa, namun takdir berkata lain. Melalui unggahan di akun media sosialnya, Keat Hwee mengumumkan penutupan seluruh gerai Mentai-Ya, sebuah keputusan yang tentu saja tidak mudah baginya.
"Kehilangan segalanya itu menyakitkan. Kegagalan ini bagaikan mimpi buruk, sangat menyakitkan," tulis Keat Hwee dalam unggahannya, mencerminkan betapa beratnya beban yang harus ia tanggung. Ia juga mengungkapkan rasa kecewanya karena merasa telah mengecewakan orang-orang yang selama ini telah mendukung dan membantunya.
Sebelum pengumuman pahit tersebut, Keat Hwee sebenarnya telah memberikan sinyal-sinyal mengenai kesulitan yang tengah dihadapinya. Ia mengeluhkan tingginya biaya sewa tempat usaha di Singapura, yang menjadi salah satu faktor utama yang memberatkan bisnisnya. Selain itu, ia juga menyesali keputusannya untuk mendaftarkan bisnisnya dalam sistem pajak barang dan jasa (GST), yang mengakibatkan harga jual produknya menjadi lebih mahal dan kurang kompetitif.
Menurut penuturannya, Keat Hwee telah berjuang sekuat tenaga untuk mempertahankan bisnisnya, namun pada akhirnya ia harus mengakui bahwa ia telah bertindak terlalu jauh. Ia menyesal karena tidak mengambil keputusan untuk melepaskan bisnisnya lebih awal, sehingga kerugian yang dialaminya tidak semakin membengkak. Kini, ia berencana untuk mengambil waktu istirahat sejenak guna menenangkan diri, mengatur ulang strategi, dan memulihkan diri dari keterpurukan ini.
Namun, semangat Keat Hwee untuk berkecimpung di dunia kuliner tampaknya belum padam sepenuhnya. Dalam unggahan lainnya, ia mengisyaratkan niatnya untuk membantu para pengusaha kuliner lainnya agar tidak mengalami nasib serupa dengan dirinya. Ia mempertimbangkan untuk menjadi konsultan bagi para pengusaha kuliner, baik yang baru memulai bisnis maupun yang sudah berjalan, dengan harapan dapat memberikan masukan dan bimbingan yang berharga.
Sebelum mendirikan Mentai-Ya pada tahun 2020, Keat Hwee sebenarnya telah memiliki pengalaman dalam bisnis restoran Jepang. Ia pernah membuka restoran bernama Tenryu Japanese Dining, yang beroperasi dari tahun 2015 hingga 2018. Namun, bisnis tersebut juga mengalami kegagalan dan meninggalkan utang sebesar $120.000 atau sekitar Rp 1,5 miliar. Setelah itu, Keat Hwee sempat bekerja sebagai pengemudi Grab untuk melunasi utangnya, sebelum akhirnya memutuskan untuk mencoba kembali peruntungannya di dunia kuliner dengan membuka Mentai-Ya.
Meski telah mengalami kegagalan berkali-kali, Keat Hwee mengaku bahwa dunia kuliner adalah bagian dari dirinya. Ia tidak bisa membayangkan dirinya meninggalkan dunia yang telah menjadi hasratnya selama ini. Ia pun mempertimbangkan saran dari para pendukungnya untuk membuka bisnis rumahan di masa depan. Namun, untuk saat ini, ia masih merasa terpukul atas kehilangan bisnisnya.
"Ini menyakitkan bukan hanya karena kerugian finansial, tetapi juga secara emosional. Saya mencurahkan terlalu banyak hati dan jiwa ke dalam bisnis ini. Saya merasa telah mengecewakan semua orang di sekitar saya," pungkasnya, menggambarkan betapa dalamnya luka yang ia rasakan.