Kunjungan Presiden Macron ke Indonesia: Penguatan Kerja Sama Bilateral dan Percepatan I-EUCEPA

Kunjungan Presiden Macron ke Indonesia: Penguatan Kerja Sama Bilateral dan Percepatan I-EUCEPA

Kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Indonesia pada akhir Mei 2025 mendatang diproyeksikan akan menjadi tonggak penting dalam penguatan kerja sama bilateral kedua negara. Rencana kunjungan kenegaraan ini, yang akan menandai pertemuannya dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, diungkapkan menyusul pertemuan Menteri Ekonomi, Keuangan, dan Kedaulatan Industri dan Digital Prancis, Eric Lombard, dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto, di Prancis pada awal Maret 2025. Pertemuan tersebut menjadi momentum penting dalam membahas sejumlah agenda strategis yang mencerminkan komitmen bersama untuk memperkuat hubungan ekonomi dan politik kedua negara.

Pertemuan antara Menteri Lombard dan Menteri Airlangga menghasilkan sejumlah poin penting. Menteri Lombard memuji peran strategis Indonesia sebagai ekonomi terbesar di ASEAN, menekankan pentingnya stabilitas dan pertumbuhan ekonomi kawasan bagi Prancis. Hal ini sejalan dengan komitmen Prancis dalam memperkuat kerja sama ekonomi dengan Indonesia, khususnya dalam konteks peningkatan perdagangan dan investasi bilateral. Salah satu fokus utama pembahasan adalah percepatan penyelesaian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EUCEPA). Perundingan yang telah berlangsung selama sembilan tahun dan melewati 19 putaran ini dinilai sebagai momentum krusial, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global. Menteri Airlangga menekankan pentingnya penyelesaian I-EUCEPA untuk membuka peluang perdagangan dan investasi yang lebih besar antara Indonesia dan Uni Eropa, seraya mengatakan Indonesia siap berdialog untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.

Lebih lanjut, Menteri Airlangga juga meminta dukungan Prancis terhadap upaya Indonesia untuk bergabung dengan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), serta mendorong peningkatan investasi dan pengembangan industri Prancis di Indonesia. Hal ini selaras dengan target ambisius Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8% secara bertahap dan menjadi negara maju. Investasi Eramet Group di Maluku Utara, yang berkolaborasi dengan perusahaan lokal dalam pengembangan rantai nilai baterai kendaraan listrik (EV) berbasis nikel, menjadi salah satu contoh investasi strategis yang dibicarakan. Proyek ini mencerminkan potensi kerja sama yang besar antara kedua negara di sektor energi terbarukan dan teknologi hijau.

Selain itu, Menteri Airlangga juga menyampaikan apresiasi atas dukungan Prancis terhadap penundaan implementasi European Union Deforestation-free Regulation (EUDR) hingga akhir tahun 2025. Indonesia, melalui dialog bilateral yang intensif dengan Uni Eropa, berupaya menyeimbangkan kepentingan nasional dengan regulasi internasional terkait keberlanjutan lingkungan. Kunjungan Presiden Macron ke Indonesia, yang akan menjadi kunjungan kenegaraan pertama Presiden Prancis sejak 2011, diharapkan dapat memperkuat komitmen kedua negara dalam menghadapi tantangan global dan memajukan kerja sama bilateral di berbagai sektor, termasuk ekonomi, investasi, dan lingkungan.

Kunjungan ini diharapkan akan menghasilkan kesepakatan konkrit yang akan memberikan dampak positif bagi kedua negara, baik dalam memperkuat hubungan bilateral maupun dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Keberhasilan perundingan I-EUCEPA dan peningkatan investasi Prancis di Indonesia akan menjadi indikator keberhasilan kunjungan ini dalam memperkuat kerja sama ekonomi kedua negara. Secara keseluruhan, kunjungan Presiden Macron ke Indonesia menandai babak baru dalam hubungan bilateral kedua negara, dengan fokus pada penguatan kerja sama ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.