Sentimen Global dan Domestik Dorong Rupiah Perkasa di Tengah Pelemahan Dolar AS

Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS di Tengah Sentimen Pasar

Nilai tukar rupiah menunjukkan tren positif pada penutupan perdagangan hari Senin (21/4/2025), menguat signifikan terhadap dolar AS. Data pasar spot menunjukkan rupiah berada di level Rp 16.806 per dolar AS, naik 70 poin atau 0,41 persen. Pergerakan rupiah hari ini berkisar antara Rp 16.794 hingga Rp 16.832 per dolar AS. Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) juga mencatat rupiah di level Rp 16.808 per dolar AS pada hari yang sama.

Penguatan ini melanjutkan tren positif dibandingkan penutupan perdagangan sebelum libur Paskah pada Kamis (17/4/2025), yang berada di level Rp 16.833 per dolar AS. Rupiah tidak sendirian, mata uang lainnya di kawasan Asia juga menunjukkan performa yang solid:

  • Yen Jepang menguat 1,04 persen.
  • Won Korea Selatan naik 0,40 persen.
  • Peso Filipina menguat 0,20 persen.
  • Ringgit Malaysia terapresiasi 0,97 persen.
  • Yuan China menguat 0,15 persen.
  • Baht Thailand melonjak 0,89 persen.
  • Rupee India menguat 0,33 persen.
  • Dolar Singapura menguat 0,66 persen.
  • Dolar Taiwan naik 0,71 persen.

Penguatan rupiah dan mata uang Asia lainnya didorong oleh melemahnya dolar AS secara global. Tekanan pada dolar AS dipicu oleh ketegangan antara Presiden AS dan The Fed terkait kebijakan moneter.

Indeks dolar AS (DXY) tercatat melemah 1,30 persen ke level 98,09, turun dari penutupan akhir pekan lalu di level 99,38. Sentimen ini diperkuat oleh kekhawatiran pasar terhadap independensi The Fed, setelah adanya permintaan dan ancaman dari Presiden AS terkait pemangkasan suku bunga.

Pasar juga tengah menantikan rilis data ekonomi AS, termasuk PMI manufaktur dan jasa bulan April 2025, yang akan memberikan indikasi mengenai kondisi perekonomian Negeri Paman Sam dan dampak kebijakan tarif impor. Konsensus pasar menunjukkan ekspektasi pelemahan di sektor manufaktur dan jasa pada ekonomi-ekonomi utama.

Dari dalam negeri, surplus neraca perdagangan Indonesia yang diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) turut memberikan sentimen positif. Neraca perdagangan mencatatkan surplus sebesar 4,33 miliar dolar AS pada Maret 2025. Angka ini lebih tinggi 1,23 miliar dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya (mtm), meskipun sedikit lebih rendah 0,25 miliar dolar AS dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy).

Secara keseluruhan, kombinasi faktor eksternal berupa pelemahan dolar AS dan sentimen positif dari data neraca perdagangan dalam negeri memberikan dorongan bagi penguatan rupiah. Pergerakan rupiah diperkirakan akan tetap fluktuatif pada perdagangan berikutnya, dengan potensi penguatan di kisaran Rp 16.750-Rp 16.810 per dolar AS.