Polemik Gua Diklaim Makam Sayidina Ali: Pemerintah Sukabumi Bertindak Tegas

Penutupan Gua Kontroversial di Sukabumi

Pemerintah Kabupaten Sukabumi mengambil langkah tegas dengan menutup sebuah gua di wilayah Cisolok yang sebelumnya menjadi sorotan publik. Gua tersebut viral di media sosial karena diklaim sebagai makam Sayidina Ali bin Abi Thalib, sahabat Nabi Muhammad SAW. Keputusan penutupan ini diambil setelah dilakukan peninjauan langsung oleh Pemerintah Desa Cikahuripan, Majelis Ulama Indonesia (MUI), serta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Cisolok pada hari Minggu, 20 April 2025.

Gua yang terletak di perbukitan Kampung Cipanas, Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, tersebut sebelumnya dikuasai oleh seorang pria bernama Kimli, yang disebut-sebut sebagai mantan pengusaha hiburan malam di Jakarta. Klaim mengenai gua tersebut sebagai makam Sayidina Ali, serta narasi yang menyebutkan tempat itu sebagai lokasi berkumpulnya para wali dan tokoh besar Islam, memicu polemik dan kecaman dari berbagai pihak, termasuk tokoh masyarakat dan pemerintah desa.

Latar Belakang Kontroversi

Kontroversi bermula dari sebuah video yang beredar luas di media sosial. Video tersebut menampilkan narasi yang mengklaim gua tersebut sebagai "Makom Sayidina Ali bin Abi Thalib". Lebih jauh, narasi tersebut mengaitkan gua tersebut dengan berbagai tokoh penting dalam sejarah dan mitologi Jawa, seperti Wali Songo, Raden Suryakancana, Prabu Siliwangi, hingga Patih Gajah Mada. Klaim-klaim ini tentu saja menimbulkan keraguan dan penolakan dari berbagai kalangan, terutama karena tidak adanya bukti historis maupun arkeologis yang mendukung klaim tersebut.

Menanggapi polemik yang berkembang, Pemerintah Desa Cikahuripan bersama Forkopimcam Cisolok dan MUI melakukan peninjauan langsung ke lokasi. Hasil dari peninjauan tersebut menyimpulkan bahwa klaim-klaim yang beredar tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Selain itu, keberadaan gua tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan kesalahpahaman dan bahkan mengarah pada praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Tindakan Pemerintah dan Masyarakat

Kepala Desa Cikahuripan, Heri Suryana, yang akrab disapa Jaro Midun, menyatakan bahwa penutupan gua tersebut bertujuan untuk menghindari hal-hal yang dapat memicu kemusyrikan di wilayah Cisolok. Ia menegaskan bahwa gua tersebut tidak boleh dibuka untuk aktivitas apapun. Sebagai langkah konservasi, pemerintah desa juga berencana melakukan penghijauan di sekitar kawasan gua untuk mencegah banjir dan erosi.

Ustaz Yusuf Supriadi, tokoh masyarakat sekaligus mantan Kepala Desa Cikahuripan, menegaskan bahwa gua tersebut tidak memiliki nilai historis maupun spiritual. Ia menyebutkan bahwa klaim-klaim yang beredar merupakan rekayasa dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa kawasan tersebut merupakan milik Perhutani.

Sebelumnya, Hendra (60), seorang mantan petugas kebersihan di lokasi gua, mengungkapkan bahwa Kimli, orang yang pertama kali mengklaim menemukan gua tersebut, mengaku mendapatkan petunjuk dari seorang "orang pintar" dari Jawa Tengah. Kimli kemudian membangun berbagai fasilitas di sekitar gua, seperti bale-bale dan vila kecil, bahkan sempat berencana membangun kolam renang.

Kondisi Terkini

Saat ini, semua aktivitas di kawasan gua tersebut telah dihentikan. Jalan masuk ke gua telah ditutup, dan gua tersebut kembali sunyi seperti sebelum ditemukan. Penutupan gua ini diharapkan dapat mengakhiri polemik yang berkembang dan mencegah penyebaran informasi yang tidak akurat serta praktik-praktik yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya.

Dengan penutupan ini, pemerintah daerah berharap masyarakat dapat lebih bijak dalam menerima informasi dan tidak mudah terpengaruh oleh klaim-klaim yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Ke depan, pemerintah daerah akan terus berupaya untuk melestarikan situs-situs bersejarah dan budaya yang ada di wilayah Sukabumi, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga nilai-nilai luhur bangsa.