Dunia Berduka: Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun, Wariskan Pesan Perdamaian Abadi

Pemimpin Umat Katolik Sedunia, Paus Fransiskus, Meninggal Dunia

Vatikan dan seluruh dunia berduka atas wafatnya Paus Fransiskus pada usia 88 tahun. Pemimpin spiritual bagi lebih dari satu miliar umat Katolik ini menghembuskan nafas terakhir pada pagi hari, waktu setempat, sehari setelah tampil di hadapan publik dalam perayaan Paskah di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Berita duka ini disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrell melalui pernyataan resmi yang dirilis Vatikan.

"Pagi ini pukul 07.35 (0535 GMT) Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa," demikian pernyataan resmi tersebut.

Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai sosok yang gigih menyuarakan perdamaian, keadilan, dan perlindungan terhadap kaum lemah. Ia tanpa lelah menyerukan diakhirinya konflik dan kekerasan di berbagai belahan dunia, termasuk konflik yang berkecamuk di Gaza dan Ukraina.

Jejak Perdamaian dan Keadilan Sosial

Paus Fransiskus dikenal karena pandangan dan tindakannya yang berani dalam menanggapi isu-isu global. Ia berulang kali mengecam serangan yang menewaskan warga sipil tak berdosa, terutama anak-anak, dalam konflik di Gaza. Ia menyerukan kepada semua pihak yang terlibat untuk menghormati hukum humaniter internasional dan menghentikan kekerasan.

Dalam sebuah pernyataan pedas, Paus Fransiskus mengkritik keras serangan militer Israel yang menyebabkan kematian anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Ia secara khusus mengecam pengeboman sekolah dengan dalih adanya militan Hamas sebagai tindakan yang tidak dapat dibenarkan.

"Setiap hari saya berbicara melalui telepon dengan anggota paroki Katolik di Jalur Gaza dan mereka memberitahu saya hal-hal yang mengerikan, hal-hal yang sulit," ungkap Paus Fransiskus.

Paus juga aktif mendorong penyelesaian damai konflik antara Rusia dan Ukraina. Ia mendesak kedua negara untuk segera melakukan perundingan dan menghentikan pertumpahan darah. Menurutnya, keberanian untuk bernegosiasi adalah tanda kekuatan sejati dan dapat menyelamatkan banyak nyawa. Ia juga mengapresiasi upaya mediasi dari negara-negara lain, seperti Turki, dalam meredakan ketegangan.

Dalam pesan Natalnya, Paus Fransiskus menyerukan gencatan senjata global dan menyoroti krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza, Ukraina, dan Sudan. Ia mengecam serangan Rusia ke Ukraina dan menyerukan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas.

"Saya memikirkan komunitas Kristen di Israel dan Palestina, khususnya di Gaza, di mana situasi kemanusiaannya sangat buruk," ujarnya.

Seruan Terakhir untuk Perdamaian

Bahkan di tengah kondisi kesehatan yang kurang baik, Paus Fransiskus tetap setia pada misinya untuk menyerukan perdamaian. Dalam pesan Paskah terakhirnya, yang dibacakan oleh ajudannya, ia kembali menyoroti situasi "dramatis dan menyedihkan" di Gaza. Ia meminta Hamas untuk membebaskan sandera dan mengecam meningkatnya antisemitisme di dunia. Ia juga menyampaikan kedekatannya dengan penderitaan rakyat Israel dan Palestina.

"Saya mengimbau pihak-pihak yang bertikai: menyerukan gencatan senjata, membebaskan para sandera dan membantu orang-orang yang kelaparan yang mendambakan masa depan yang damai," demikian seruan terakhir Paus Fransiskus kepada dunia.

Wafatnya Paus Fransiskus merupakan kehilangan besar bagi dunia. Namun, warisan perdamaian, keadilan, dan kasih sayang yang ia tinggalkan akan terus menginspirasi dan membimbing umat manusia.