Vatikan Bersiap: Prosesi Konklaf Dimulai Pasca Wafatnya Paus Fransiskus

Wafatnya Paus Fransiskus dan Mekanisme Pemilihan Pengganti

Gereja Katolik berduka. Pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, yang bernama lahir Jorge Mario Bergoglio, dikabarkan telah berpulang pada usia 88 tahun. Kabar duka ini sontak menggema di seluruh dunia, memicu persiapan intensif di Vatikan untuk memilih penggantinya melalui prosesi sakral yang dikenal sebagai konklaf.

Paus Fransiskus, yang menduduki Takhta Suci pada tahun 2013 menggantikan Paus Benediktus XVI, meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan intensif akibat pneumonia. Kepergiannya meninggalkan kekosongan mendalam bagi jutaan umat Katolik di seluruh dunia.

Konklaf: Tradisi Pemilihan Paus dalam Gereja Katolik

Konklaf merupakan sebuah prosesi pemilihan Paus yang telah lama menjadi tradisi dalam Gereja Katolik. Setelah wafatnya seorang Paus, para kardinal dari seluruh penjuru dunia akan berkumpul di Vatikan untuk memilih penerusnya. Proses pemilihan ini berlangsung tertutup dan penuh dengan aturan ketat.

Persiapan Konklaf

Menjelang konklaf, Vatikan mempersiapkan segala sesuatunya secara cermat. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, termasuk katolisitas.org, The Guardian, dan BBC, berikut adalah beberapa persiapan yang dilakukan:

  • Pengumpulan Kardinal: Para kardinal di bawah usia 80 tahun dari seluruh dunia akan berkumpul di Vatikan.
  • Lokasi: Pemilihan akan berlangsung di salah satu kapel di Vatikan yang telah disiapkan secara khusus.
  • Keamanan: Garda Swiss akan menjaga ketat Vatikan untuk memastikan tidak ada kontak antara kardinal pemilih dengan dunia luar selama konklaf berlangsung.
  • Isolasi: Segala bentuk komunikasi dengan dunia luar akan diputus. Jaringan telepon dan internet akan dinonaktifkan, surat kabar disingkirkan, dan perangkat seluler akan diacak sinyalnya.
  • Prosesi Pemilihan: Tiga kardinal termuda akan dipilih untuk membantu melancarkan prosesi konklaf. Sebelum pemilihan dimulai, setiap kardinal akan menerima kertas suara bertuliskan "Eligo in Sumum Pontificem Meum" (Saya memilih Pemimpin Tertinggiku) dalam bahasa Latin.

Tata Cara Pemilihan

Setelah para kardinal pemilih berkumpul dan pintu kapel ditutup, konklaf secara resmi dimulai. Berikut adalah garis besar tata cara pemilihan Paus:

  1. Pemungutan Suara: Setiap kardinal menuliskan nama kandidat pilihannya di kertas suara dan memasukkannya ke dalam piala.
  2. Penghitungan Suara: Suara-suara kemudian dihitung dan dikumpulkan.
  3. Pengumuman Hasil: Hasil pemilihan diumumkan.

Seorang kandidat terpilih menjadi Paus jika memperoleh suara mayoritas, yaitu 2/3 dari jumlah seluruh pemilih. Jika tidak ada kandidat yang mencapai mayoritas, pemilihan akan dilanjutkan ke putaran berikutnya. Apabila setelah lebih dari 30 putaran belum ada Paus yang terpilih, dua kandidat dengan suara terbanyak akan dipilih oleh para kardinal, dan kedua kandidat ini kehilangan hak untuk memilih.

Asap Hitam dan Asap Putih

Setelah setiap putaran pemilihan, kertas suara akan dibakar. Jika belum ada Paus yang terpilih, kertas suara dibakar dengan campuran kimia yang menghasilkan asap hitam, menandakan kepada dunia bahwa pemilihan belum menghasilkan Paus baru. Sebaliknya, jika seorang Paus telah terpilih, kertas suara dibakar dengan campuran kimia yang menghasilkan asap putih, menandakan bahwa Gereja Katolik telah memiliki pemimpin baru. Asap putih ini akan diiringi dengan bunyi lonceng gereja.

Pengumuman Paus Baru

Setelah seorang Paus terpilih dan menerima jabatan tersebut, kardinal diakon akan tampil di Balkon Santo Petrus untuk mengumumkan nama Paus baru dengan kalimat "Annuntio vobis gaudium magnum. Habemus Papam" (Saya mengumumkan kepada Anda sebuah kegembiraan besar. Kita mempunyai seorang Paus).

Selanjutnya, Paus baru akan tampil di balkon untuk menyapa umat yang hadir di lapangan Basilika Santo Petrus dan memberikan wejangan singkat.

Prosesi konklaf ini merupakan momen penting bagi Gereja Katolik dan seluruh umatnya. Dunia menantikan dengan penuh harap siapa yang akan menjadi pengganti Paus Fransiskus dan memimpin Gereja Katolik di masa depan.