Dunia Berduka: Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun
Dunia berduka atas wafatnya Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia, pada usia 88 tahun di Vatikan. Kardinal Kevin Farrell mengumumkan kabar duka ini dari Casa Santa Marta pada Senin (21/4/2025) pukul 09.45 waktu setempat. Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan duka mendalam bagi jutaan umat Katolik di seluruh dunia.
Jorge Mario Bergoglio, nama asli Paus Fransiskus, lahir di Buenos Aires, Argentina, pada 17 Desember 1936. Beliau merupakan putra dari imigran Italia. Ketertarikannya pada kehidupan beragama tumbuh sejak usia muda, yang kemudian membawanya menempuh pendidikan di Argentina dan Jerman. Pada tahun 1969, ia ditahbiskan menjadi imam Jesuit, memulai perjalanan panjang pengabdiannya kepada gereja dan umat manusia.
Perjalanan kepemimpinan Paus Fransiskus mencapai puncak pada tahun 2013 ketika ia terpilih sebagai Uskup Roma, atau Paus ke-266, melalui Konklaf Kepausan. Pemilihannya mencetak sejarah baru, menjadikannya Paus pertama yang berasal dari luar Eropa dalam kurun waktu hampir 1.300 tahun. Kepemimpinannya ditandai dengan berbagai upaya untuk mempromosikan dialog antaragama, perdamaian, dan persaudaraan di seluruh dunia.
Jejak Langkah Pengabdian
Salah satu momen penting dalam kepemimpinannya adalah kunjungan ke Indonesia pada September 2024. Kunjungan ini menjadi sangat bersejarah, karena terakhir kali Indonesia kedatangan Paus adalah 35 tahun yang lalu. Paus Fransiskus menjadi Paus ketiga yang mengunjungi Indonesia, setelah Paus Paulus VI pada tahun 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989.
Selama berada di Indonesia, Paus Fransiskus menunjukkan kesederhanaannya dengan menggunakan mobil sipil biasa dan menginap di Kedutaan Besar Vatikan. Ia menyapa umat dengan ramah, melambaikan tangan di sepanjang jalan, mulai dari Bundaran HI hingga Kedubes Vatikan. Selain Indonesia, Paus Fransiskus juga mengunjungi Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura dalam rangkaian perjalanan tersebut.
Paus Fransiskus dikenal sebagai sosok yang vokal dalam menyuarakan isu-isu global. Ia mengkritik kapitalisme pasar bebas yang dianggapnya merugikan masyarakat miskin. Ia juga mendorong pemerintah dunia untuk bertindak lebih tegas dalam mengatasi perubahan iklim dan memberikan dukungan kepada para migran.
Pendidikan dan Pengalaman Hidup
Sebelum menjadi tokoh agama terkemuka, Paus Fransiskus menempuh pendidikan tinggi di bidang filsafat dan meraih gelar master Kimia dari Universitas Buenos Aires. Ia kemudian mengajar sastra, psikologi, filsafat, dan teologi sebelum akhirnya menjadi Uskup Agung Buenos Aires.
Pengalaman hidupnya pun beragam. Semasa menjadi mahasiswa, ia pernah bekerja sebagai penjaga bar dan petugas kebersihan. Sebagai Uskup Agung, ia dikenal karena tindakan kemanusiaannya, seperti membasuh kaki pasien AIDS. Ia mendalami teologi di Colegio de San Jose dan Universitas Alcala de Henares Spanyol. Pada tahun 1986, ia melanjutkan studi ke Jerman untuk menyelesaikan tesis doktoralnya.
Atas dedikasi dan kontribusinya, Paus Fransiskus beberapa kali dinominasikan untuk meraih Nobel Perdamaian, termasuk pada tahun 2025. Kepergiannya merupakan kehilangan besar bagi dunia, namun warisan nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, dan kesederhanaan yang diusungnya akan terus menginspirasi banyak orang.