Kisah Inspiratif Fany Rizkia: Sarjana Hukum yang Memilih Mengabdi di BPBD Jakarta Timur

Fany Rizkia, seorang perempuan dengan gelar Magister Hukum, memilih jalan pengabdian yang tidak biasa. Alih-alih berkarier di bidang hukum yang konvensional, Fany memutuskan untuk bergabung dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta Timur. Keputusannya ini dilandasi oleh panggilan jiwa untuk membantu sesama, terutama mereka yang terdampak bencana.

"Motivasi utama saya bergabung dengan BPBD adalah rasa kemanusiaan yang mendalam. Saya ingin terlibat langsung dalam memberikan pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan di saat-saat sulit," ungkap Fany.

Perjalanan karier Fany di BPBD dimulai setelah ia menyelesaikan pendidikan hukumnya. Meskipun latar belakang pendidikannya terkesan tidak linear dengan tugas-tugas di BPBD, Fany merasa ilmu hukum yang dimilikinya tetap relevan dan dapat diimplementasikan dalam berbagai aspek penanganan bencana.

"Mungkin banyak yang bertanya-tanya, apa hubungannya hukum dengan penanggulangan bencana? Sebenarnya, ada banyak sekali. Mulai dari aspek legalitas dalam penanganan pengungsi, penyusunan regulasi terkait mitigasi bencana, hingga advokasi bagi korban bencana," jelas Fany.

Di BPBD Jakarta Timur, Fany tidak hanya bertugas di balik meja. Meskipun tugas utamanya adalah melakukan pendataan dan administrasi, ia juga siap diterjunkan ke lapangan jika situasi membutuhkan. Bahkan, Fany tidak gentar menghadapi tugas-tugas yang menantang, seperti evakuasi jenazah atau pencarian orang hilang di sungai.

"Sebagai seorang perempuan, saya tidak ingin dipandang sebelah mata. Saya ingin membuktikan bahwa perempuan juga mampu berkontribusi secara signifikan dalam penanggulangan bencana. Kami siap bekerja keras, berkoordinasi dengan tim, dan memberikan yang terbaik untuk masyarakat," tegas Fany.

Fany menyadari bahwa bekerja di BPBD menuntut kesiapsiagaan 24 jam. Bencana bisa datang kapan saja, tanpa mengenal waktu dan tempat. Bahkan, di saat orang lain sedang beristirahat, Fany dan rekan-rekannya harus tetap siaga untuk merespons panggilan darurat.

"Memang melelahkan, tapi kami menjalaninya dengan ikhlas. Kami sadar bahwa tugas ini adalah amanah yang harus kami emban dengan penuh tanggung jawab. Kami ingin menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah," pungkas Fany, dengan semangat yang membara.

Kisah Fany Rizkia adalah inspirasi bagi kita semua. Ia membuktikan bahwa pendidikan tinggi tidak harus selalu mengarah pada karier yang mapan dan menguntungkan secara finansial. Lebih dari itu, pendidikan dapat menjadi bekal untuk mengabdi kepada masyarakat dan memberikan kontribusi nyata bagi kemanusiaan.