Wamenaker Soroti Dugaan Manipulasi Kemitraan dalam Tarif 'Hemat' Ojol
Polemik Tarif 'Hemat' Ojol: Wamenaker Pertanyakan Keadilan Kemitraan
Jakarta - Gelombang keluhan dari pengemudi ojek online (ojol) terkait tarif 'hemat' pada layanan tertentu, seperti 'Grab Hemat', mendapat perhatian serius dari pemerintah. Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Emmanuel Ebenezer (Noel), menyoroti adanya dugaan manipulasi definisi kemitraan antara aplikator dan pengemudi yang menjadi akar permasalahan.
Noel menegaskan bahwa esensi kemitraan seharusnya adalah hubungan yang saling menguntungkan, bukan malah merugikan salah satu pihak. Ia bahkan secara terbuka mengingatkan para aplikator untuk tidak menyelewengkan makna kemitraan yang selama ini menjadi acuan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker).
"Prinsip mitra itu saling menguntungkan, bukan saling merugikan. Jangan sampai aplikator memanipulasi definisi mitra," ujar Noel di Jakarta, merespons aksi penolakan dan demonstrasi yang dilakukan oleh para pengemudi ojol.
Wamenaker memahami dan memaklumi aksi resistensi yang dilakukan para pengemudi. Menurutnya, penolakan tersebut merupakan bentuk perlindungan hak yang dijamin oleh undang-undang. Kemenaker saat ini tengah berupaya menjembatani komunikasi antara pengemudi dan aplikator untuk mencari solusi terbaik.
Noel secara tegas menyatakan bahwa definisi kemitraan yang diterapkan oleh aplikator dalam kasus ini jauh dari prinsip keadilan. Keberatan yang dilayangkan oleh para pengemudi menjadi bukti bahwa mereka tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait tarif dan layanan.
Keluhan Pengemudi dan Tanggapan Aplikator
Sebelumnya, sejumlah pengemudi ojol mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap layanan 'Grab Hemat' yang dinilai memotong pendapatan secara signifikan. Seorang pengemudi bernama Rahmat mengeluhkan potongan sebesar Rp 2.000 per perjalanan untuk layanan tersebut, di luar potongan aplikasi dan persentase komisi lainnya.
"Sangat rugi karena potongannya besar. Satu trip layanan Grab Hemat itu potongannya Rp 2.000," kata Rahmat.
Pengemudi lain, Kiki, menambahkan bahwa pendapatan dari layanan 'Grab Hemat' jauh lebih rendah dibandingkan layanan standar. Ia mencontohkan, pendapatan minimal dari 'Grab Standar' adalah Rp 10.400, sementara 'Grab Hemat' hanya memberikan Rp 8.500.
Menanggapi keluhan tersebut, Director, Mobility & Logistics, Grab Indonesia, Tyas Widyastuti, menjelaskan bahwa program akses hemat merupakan program tambahan opsional bagi mitra pengemudi untuk mendapatkan akses pada layanan GrabBike Hemat. Ia mengklaim bahwa ketentuan biaya langganan harian telah diinformasikan kepada mitra saat pendaftaran dan dapat dibatalkan kapan saja.
Tyas juga menambahkan bahwa program ini diluncurkan setelah mempertimbangkan masukan dari mitra pengemudi yang mengeluhkan ketersediaan layanan GrabBike Hemat. Pihaknya berjanji akan terus meninjau dan menyesuaikan program ini secara berkala jika diperlukan.
Berikut rangkuman keluhan pengemudi:
- Potongan tarif yang besar (Rp 2.000 per trip untuk Grab Hemat).
- Penurunan pendapatan dibandingkan layanan standar.
- Merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait tarif dan layanan.
Dan berikut tanggapan dari Grab:
- Program akses hemat bersifat opsional.
- Biaya langganan harian telah diinformasikan saat pendaftaran.
- Program akan terus ditinjau dan disesuaikan jika diperlukan.