Tragedi Pemakaman di Ponorogo: Jenazah Terpaksa Seberangi Sungai Akibat Perselisihan Adat
Duka mendalam menyelimuti keluarga Mulyoto (35), warga Desa Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, yang meninggal dunia pada Sabtu, 19 April 2025. Ironisnya, prosesi pemakaman almarhum diwarnai kejadian memilukan ketika jenazahnya terpaksa diusung menyeberangi sungai. Insiden ini menjadi viral di media sosial, memicu perdebatan mengenai tradisi dan hak asasi manusia.
Kejadian bermula ketika Sulasmi, seorang warga Desa Wates, melarang iring-iringan jenazah Mulyoto melewati jalan setapak yang berada di samping rumahnya. Jalan tersebut merupakan akses terdekat menuju pemakaman umum Desa Tugurejo. Penolakan ini didasari kepercayaan turun-temurun yang dianut keluarga Sulasmi. Konon, mendiang ayah Sulasmi, Mbah Oso, telah melarang siapapun membawa jenazah melewati tanah mereka karena diyakini akan membawa kesialan dan membuat tanah menjadi sangar (angker).
Menurut penuturan Tulik Yuliana, kakak almarhum, Mulyoto meninggal dunia setelah menjalani operasi usus buntu. Sebelumnya, Mulyoto tidak pernah mengeluhkan sakit parah. Setelah Hari Raya Idul Fitri, ia mulai merasakan sakit perut yang kemudian didiagnosis sebagai usus buntu dan gangguan ginjal. Mulyoto dikenal sebagai sosok pekerja keras yang sehari-harinya berjualan sayur untuk menafkahi keluarga, termasuk istrinya, Tina, dan ayahnya yang sedang sakit.
Keluarga almarhum sangat terpukul dengan kejadian ini. Terlebih, Mulyoto meninggal dunia hanya beberapa saat setelah istrinya melahirkan anak kedua mereka. Bayi tersebut bahkan belum sempat bertatap muka dengan ayahnya. Kondisi ini menambah pilu suasana duka.
Akibat penolakan tersebut, warga terpaksa bergotong royong mengusung keranda jenazah Mulyoto menyeberangi sungai agar bisa dimakamkan di tempat pemakaman umum. Aksi ini terekam kamera dan menyebar luas di media sosial, menuai berbagai reaksi dari warganet. Sebagian besar menyayangkan tindakan Sulasmi yang dianggap tidak manusiawi dan menghalangi hak orang lain untuk memakamkan keluarganya dengan layak. Sementara itu, sebagian kecil lainnya berpendapat bahwa tradisi dan kepercayaan lokal harus dihormati.
Kasus ini menjadi sorotan publik dan memicu diskusi mengenai pentingnya toleransi dan saling menghormati perbedaan keyakinan. Pemerintah daerah setempat diharapkan dapat turun tangan untuk menyelesaikan permasalahan ini secara bijaksana dan mencari solusi yang adil bagi semua pihak, sehingga kejadian serupa tidak terulang kembali di kemudian hari.
Kronologi Singkat:
- Sabtu, 19 April 2025: Mulyoto meninggal dunia setelah operasi usus buntu.
- Prosesi Pemakaman: Sulasmi melarang jenazah Mulyoto melewati jalan di samping rumahnya.
- Warga Bertindak: Warga mengusung jenazah Mulyoto menyeberangi sungai menuju pemakaman.
- Video Viral: Video kejadian tersebar luas di media sosial, memicu perdebatan.
Dampak:
- Keluarga Mulyoto berduka dan terpukul.
- Masyarakat Ponorogo terkejut dan prihatin.
- Muncul perdebatan mengenai tradisi vs. hak asasi.
- Pemerintah daerah diharapkan turun tangan menyelesaikan masalah.