Reny Sri Ayu: Dedikasi Jurnalis Perempuan di Tengah Pusaran Konflik Sulawesi

Di tengah lanskap jurnalistik yang kerap didominasi figur laki-laki, seorang perempuan bernama Reny Sri Ayu tampil sebagai representasi keberanian dan ketangguhan. Dedikasinya selama puluhan tahun di Harian Kompas telah mengantarkannya menjadi saksi mata berbagai peristiwa kelam di Sulawesi, termasuk konflik Poso yang memilukan dan operasi penumpasan jaringan radikal yang menegangkan.

Reny, seorang alumni Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar angkatan 1996, mengawali perjalanan karirnya sebagai kontributor Harian Kompas. Kegigihannya membuahkan hasil dengan pengangkatannya sebagai karyawan tetap pada tahun 1997 dan penempatannya di Bandung. Tanpa gentar, meskipun minim pengalaman, Reny langsung diterjunkan ke medan konflik yang penuh risiko.

Saat ditemui di kantor Biro Kompas Makassar, Reny mengungkapkan, "Dulu, ketika saya bergabung dengan Kompas, kami harus menandatangani kesediaan untuk ditugaskan di mana saja dan kapan saja. Pada tahun 1999, saya mulai memasuki Sulawesi Tengah, meskipun belum menetap secara permanen."

Selama bertugas di Sulawesi Tengah, Reny telah meliput berbagai peristiwa berdarah, termasuk konflik antaragama di Poso dan serangkaian penembakan yang melibatkan aparat keamanan. "Saya berada di Palu selama kurang lebih enam tahun, ikut meliput berbagai peristiwa terkait terorisme di sana," ujarnya.

Pengalaman di medan konflik tak hanya membentuk mental Reny, tetapi juga menguji keberaniannya hingga batas maksimal. Ia pernah menjadi incaran kelompok radikal yang dipimpin oleh Muhammad Basri alias Bagong, setelah ia menulis tentang sepak terjang kelompok tersebut. "Saya memberitakan tentang dia. Dia dipenjara di Jakarta dengan hukuman lebih dari 20 tahun, kemudian dipindahkan ke penjara Tojo Una-Una," jelasnya.

Salah satu pengalaman menegangkan yang tak terlupakan adalah ketika Reny menyelinap ke kendaraan TNI untuk menelusuri lokasi-lokasi berbahaya. "Saya menumpang truk tentara karena kebetulan mengenal sopirnya. Namun, aksi kami ketahuan, dan iring-iringan kendaraan berhenti di tengah hutan," kenangnya. Meskipun sempat panik, Reny berhasil berkomunikasi dengan baik dan tidak ditinggalkan di hutan.

Tak jarang, Reny menghadapi pandangan skeptis dari rekan-rekan seprofesinya yang meragukan kemampuannya. "Bahkan sesama jurnalis pun kadang meremehkan," ungkapnya. Namun, dengan bekal pengalaman dan ketekunan yang tak tergoyahkan, Reny berhasil membuktikan bahwa perempuan juga mampu menaklukkan medan yang sulit.

Dalam upayanya membela masyarakat kecil, Reny pernah mengungkap praktik mafia BBM bersubsidi di Morowali. Ia merasa prihatin melihat kesulitan masyarakat dalam mendapatkan BBM. "Persoalannya adalah masyarakat biasa tidak dapat BBM pada saat itu," jelasnya. Penelusurannya berujung pada tindakan intimidasi dan penganiayaan saat ia mengambil gambar di lokasi SPBU. "Saya ambil gambar, terus ketahuan, dikejar, dipukul," tuturnya.

Reny Sri Ayu adalah inspirasi bagi jurnalis perempuan. Keberaniannya menghadapi berbagai tantangan dan menyuarakan kepentingan masyarakat kecil adalah bukti nyata bahwa perempuan dapat berkontribusi signifikan dalam dunia jurnalistik.

Beberapa liputan penting yang pernah dilakukan Reny Sri Ayu:

  • Konflik Poso
  • Operasi penumpasan jaringan radikal
  • Praktik mafia BBM bersubsidi di Morowali