Mama Lena: Pelita Bagi Anak-Anak HIV di Semarang, Perjuangan Tak Kenal Lelah

Mama Lena: Pelita Bagi Anak-Anak HIV di Semarang, Perjuangan Tak Kenal Lelah

Di tengah hiruk pikuk Kota Semarang, seorang perempuan bernama Magdalena Endang Sri Lestari, atau yang lebih dikenal dengan Mama Lena, tanpa lelah berjuang demi hak-hak anak-anak yang hidup dengan HIV/AIDS. Semangatnya yang membara mengingatkan kita pada sosok Kartini, pahlawan emansipasi wanita Indonesia, yang gigih memperjuangkan kesetaraan.

Mama Lena adalah pendiri Rumah AIRA, sebuah rumah singgah yang menjadi oase harapan bagi anak-anak dengan HIV/AIDS. Nama AIRA sendiri merupakan akronim dari "Anak Itu Rahmat Allah," sebuah keyakinan yang menjadi landasan bagi seluruh perjuangan Mama Lena. Rumah AIRA berlokasi di Jalan Kaba Timur, Tandang, Tembalang, Kota Semarang, menjadi tempat bernaung, mendapatkan kasih sayang, dan perawatan yang layak bagi mereka yang seringkali terpinggirkan oleh stigma dan diskriminasi.

Awal Mula Perjuangan

Kisah Rumah AIRA bermula dari keprihatinan mendalam Mama Lena terhadap diskriminasi yang dihadapi oleh Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), terutama anak-anak. Banyak anak-anak yang dibuang dan diabaikan karena status HIV mereka. Mama Lena tidak bisa tinggal diam melihat anak-anak itu meninggal tanpa mendapatkan hak-haknya.

"Saya bilang sama Tuhan, kalau memang Tuhan itu mengutus saya untuk merawat anak ini, bantu aku, kuatkan aku, sehatkan aku, lancarkan rezekiku," ungkap Mama Lena, mengenang awal mula perjuangannya.

Bersama sahabatnya, Anita, Mama Lena mulai merintis Rumah AIRA pada tahun 2015. Awalnya, panti ini hanya berupa sebuah rumah kecil yang sederhana. Namun, berkat kegigihan dan dukungan dari berbagai pihak, Rumah AIRA kini telah berkembang menjadi bangunan dua lantai yang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai.

Dedikasi Tanpa Batas

Untuk memenuhi kebutuhan anak-anak di Rumah AIRA, Mama Lena bekerja keras tanpa mengenal lelah. Selain menjadi pegawai di Rumah Sakit Elisabeth, ia juga aktif sebagai guru senam, Event Organizer (EO), dan penyanyi di gereja. Semua pekerjaan itu dilakoninya demi memastikan anak-anak di Rumah AIRA mendapatkan yang terbaik.

"Waktu itu saya masih single mom dan punya tiga anak kandung, jadi saya merasa punya tanggung jawab lebih. Apapun saya kerjakan, karena punya tujuan ingin menyehatkan warga Kota Semarang terutama ibu-ibu. Tapi setelah bertemu bunda Anita yang konsen dengan HIV/AIDS, saya ikut berkecimpung di situ," jelasnya.

Hingga saat ini, Mama Lena telah merawat 54 anak-anak dengan HIV dan 16 orang dewasa dengan HIV/AIDS. Anak-anak yang ditampung di Rumah AIRA berasal dari berbagai daerah, seperti Jepara, Tegal, Pati, Slawi, hingga Klaten.

"Ada yang ikut saya dari usia 3 hari. Kalau yang anak-anak dari usia 0 bulan sampai 17 tahun. Kalau yang orang dewasa, ada yang ibu atau sama neneknya kalau ternyata positif, saya ikut rawat juga," tutur Mama Lena.

Memastikan Hak-Hak Anak Terpenuhi

Mama Lena meyakini bahwa setiap orang berhak menerima hak yang sama, termasuk anak-anak dengan HIV/AIDS. Ia sangat prihatin dengan kondisi anak-anak dengan HIV yang berasal dari kalangan menengah ke bawah, terutama mereka yang dibuang atau ditinggalkan oleh ibunya.

"Sedihnya, kalau anak-anak dengan HIV itu dari kalangan menengah ke bawah. Apalagi kalau yang dibuang atau ditinggal oleh ibunya. Padahal mereka harus makan-makanan yang bergizi dan vitamin," ungkapnya.

Oleh karena itu, Mama Lena selalu memastikan anak-anak di Rumah AIRA mendapatkan obat antiretroviral (ARV), makanan bergizi, buah-buahan, susu, dan vitamin. Bahkan, biaya pendidikan beberapa anak juga ditanggung oleh Rumah AIRA.

Bagi Mama Lena, memberikan kasih sayang kepada anak-anak dengan HIV adalah salah satu hal terpenting dalam hidupnya. Ia bertekad untuk terus memperjuangkan hak-hak mereka hingga kapan pun.

Semangat Kartini Masa Kini

"Yang membuat saya semangat seperti Kartini adalah perempuan yang berani. Kalau beliau berani menegakkan hak kaum perempuan, saya juga berani untuk memperjuangkan hak anak dengan HIV. Harusnya masyarakat kita bareng-bareng mencintai mereka, agar mereka tidak takut dan mata rantainya segera terputus," pungkas Mama Lena.

Perjuangan Mama Lena adalah cerminan dari semangat Kartini di era modern. Ia adalah sosok perempuan yang berani, gigih, dan penuh kasih sayang, yang tanpa lelah memperjuangkan hak-hak mereka yang termarjinalkan. Mama Lena adalah pelita bagi anak-anak HIV di Semarang, dan inspirasi bagi kita semua untuk terus berbuat baik dan peduli terhadap sesama.