Revitalisasi Hotel Tugu Yogyakarta: Upaya Pelestarian Cagar Budaya dan Saksi Bisu Sejarah Bangsa

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, telah mengumumkan rencana revitalisasi untuk Hotel Tugu Yogyakarta, sebuah bangunan cagar budaya yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat penting bagi Indonesia. Inisiatif ini bertujuan untuk melestarikan bangunan bersejarah ini dan mengembalikannya ke fungsi yang sesuai dengan prinsip-prinsip perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Fadli Zon menyatakan keprihatinannya atas kondisi Hotel Tugu saat ini, yang terbengkalai meskipun lokasinya sangat strategis sebagai wajah kota dan pintu gerbang budaya Yogyakarta. Revitalisasi ini diharapkan dapat menghidupkan kembali bangunan bersejarah ini dan menjadikannya sebagai daya tarik wisata yang signifikan.

Hotel Tugu Yogyakarta didirikan pada tahun 1881 dan merupakan salah satu bangunan kolonial tertua di Yogyakarta. Selama sejarahnya yang panjang, hotel ini telah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, termasuk:

  • Lokasi Rapat dengan Komisi Tiga Negara: Hotel Tugu menjadi tempat pertemuan penting antara Indonesia dan Komisi Tiga Negara (Australia, Belgia, dan Amerika Serikat) setelah Agresi Militer Belanda II.
  • Persiapan Konferensi Meja Bundar: Hotel ini juga terkait erat dengan persiapan Konferensi Meja Bundar, sebuah perundingan yang menghasilkan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda.
  • Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949: Hotel Tugu menjadi sasaran strategis dalam Serangan Umum 1 Maret 1949, sebuah serangan balik yang menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada dan berjuang untuk kemerdekaannya.

Selain nilai sejarahnya, Hotel Tugu juga merupakan bagian tak terpisahkan dari Sumbu Filosofis Yogyakarta, sebuah garis imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta, dan Laut Selatan. Sumbu Filosofis ini telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 2023, semakin memperkuat pentingnya Hotel Tugu sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia.

Menurut catatan sejarah, Hotel Tugu awalnya dikenal sebagai Loose Gennootschap Grand Hotel de Djogja, kemudian berubah nama menjadi Naamloose Gennootschap Marba. Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), hotel ini digunakan sebagai markas militer Jepang. Selama Agresi Militer Belanda II, Hotel Tugu juga berfungsi sebagai markas perwira-perwira tentara Belanda, yang menjadikannya sasaran strategis bagi pejuang kemerdekaan Indonesia selama Serangan Umum 1 Maret 1949.

Setelah kemerdekaan, Hotel Tugu mengalami berbagai perubahan fungsi, termasuk menjadi Hotel Tentara, kantor bank, dan Kedaung Plaza. Revitalisasi yang direncanakan diharapkan dapat mengembalikan kejayaan Hotel Tugu sebagai ikon bersejarah dan budaya Yogyakarta, serta menjadikannya sebagai pusat kegiatan budaya dan pariwisata yang berkelanjutan.