Kyoto Tawarkan Insentif Hingga Ratusan Juta Rupiah untuk Renovasi Rumah Tua Bagi Keluarga Muda

Pemerintah Kota Kyoto, Jepang, tengah berupaya mengatasi penurunan populasi dengan meluncurkan program subsidi yang menarik. Keluarga muda dengan anak kecil yang berminat membeli dan merenovasi rumah tua atau "akiya" berpotensi menerima bantuan dana hingga 2 juta yen, atau sekitar Rp 230 juta. Inisiatif ini diharapkan dapat menghidupkan kembali rumah-rumah kosong dan menarik minat penduduk baru untuk menetap di Kyoto.

Program subsidi ini dirancang untuk memberikan insentif berlapis. Bantuan dasar sebesar 1 juta yen akan diberikan kepada rumah tangga yang memiliki setidaknya satu anak usia prasekolah dan membeli serta merenovasi rumah yang telah berusia minimal lima tahun. Tambahan dana sebesar 500.000 yen akan diberikan untuk setiap kondisi berikut, dengan batasan maksimal dua kondisi:

  • Pindah dari luar kota Kyoto.
  • Memiliki dua anak atau lebih.
  • Tinggal di rumah kayu tradisional "kyo-machiya".

Pemerintah Kota Kyoto telah mengalokasikan anggaran sebesar 350 juta yen untuk program ini. Subsidi renovasi akiya ini juga dapat dikombinasikan dengan program bantuan lain yang ditawarkan oleh pemerintah kota, sehingga total bantuan yang diterima oleh penerima manfaat dapat mencapai hingga 5 juta yen.

Inisiatif serupa juga diterapkan di prefektur lain di Jepang. Prefektur Nara menawarkan hibah 2 juta yen untuk renovasi rumah akiya, sementara Prefektur Oita memberikan hibah 2 juta yen kepada keluarga yang pindah ke akiya di wilayah Kitsuki. Selain itu, Kitsuki juga menawarkan subsidi bisnis hingga 1,8 juta yen bagi penduduk yang memulai usaha baru di wilayah tersebut.

Rio Kawahigashi, pejabat pers Prefektur Oita, mengungkapkan bahwa dana relokasi dan bantuan bisnis telah menarik minat warga untuk kembali ke kota dan memanfaatkan akiya dalam proyek-proyek baru. Pemanfaatan akiya diharapkan dapat memperkuat jaringan komunitas dan memunculkan ide-ide inovatif dalam pemanfaatan rumah-rumah kosong.

Penurunan populasi menjadi isu krusial di Jepang. Kyoto mengalami penurunan populasi sebesar 11.317 jiwa pada tahun 2022, penurunan terbesar di antara kota-kota di Jepang. Penurunan ini terutama terlihat pada kelompok usia produktif (25-39 tahun) yang sedang membesarkan anak. Peningkatan pembangunan hotel akibat lonjakan pariwisata internasional menyebabkan harga properti di Kyoto melonjak, memaksa keluarga muda untuk pindah ke kota-kota tetangga dengan harga properti yang lebih terjangkau.

Di pedesaan Uda, Prefektur Nara, hampir satu dari lima rumah adalah rumah kosong. Tren demografis menunjukkan bahwa kaum muda cenderung pindah ke kota besar untuk bekerja, meninggalkan kota-kota pedesaan yang menyusut dan menua. Para ahli memperkirakan jumlah akiya di seluruh Jepang akan meningkat menjadi 23 juta unit atau satu dari tiga rumah pada tahun 2038.