Habib Usman Bin Yahya: Memberi Reward Puasa pada Anak, Sesuaikan dengan Kemampuan Ekonomi

Memberi Reward Puasa: Hikmah di Balik Semangat Anak dan Kesadaran Orang Tua

Mengajarkan anak untuk berpuasa di bulan Ramadan merupakan momen berharga bagi setiap orang tua, termasuk Habib Usman bin Yahya. Suami Kartika Putri ini berbagi pengalaman dan tips dalam membimbing buah hatinya, Sajid dan Khalisa, menjalani ibadah puasa. Ditemui di Studio Brownis, Jakarta Selatan pada Kamis (6/3/2025), Habib Usman mengungkapkan rasa syukurnya atas kesungguhan kedua anaknya dalam menjalankan puasa. Sajid, yang berusia lima tahun, telah berpuasa penuh sejak usia tersebut, sementara Khalisa, yang lebih muda, bahkan telah berpuasa penuh selama dua tahun berturut-turut sejak usia empat tahun. Keberhasilan ini menunjukkan hasil dari bimbingan dan dukungan yang konsisten dari orang tuanya.

Namun, perjalanan mengajarkan anak puasa tak selalu mudah. Habib Usman menjelaskan tantangan dalam membangunkan anak-anak di waktu sahur, termasuk merayu dan membujuk mereka untuk makan sahur. Prosesnya dimulai dengan membangunkan anak-anak, menggendong, merayu, hingga akhirnya mengajak mereka duduk di meja makan. Strategi lain yang diterapkan adalah menemani anak-anak dengan tontonan favorit mereka, sehingga anak-anak tetap terjaga dan mau menikmati sahur. Kehadiran orang tua di samping anak, baik dalam proses membangunkan sahur maupun menemani mereka makan, menjadi kunci keberhasilan dalam proses ini. Suasana yang hangat dan penuh kasih sayang sangat penting untuk mendukung semangat anak dalam menjalankan ibadah puasa.

Untuk meningkatkan semangat anak-anak berpuasa, Habib Usman dan Kartika Putri memberikan hadiah atau reward. Namun, Habib Usman menekankan pentingnya memberikan hadiah sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga. Hal ini merupakan bagian penting dari pendidikan karakter. Mengajarkan anak untuk menghargai usaha dan mengerti kondisi ekonomi keluarga sama pentingnya dengan mengajarkan nilai-nilai agama. "Saya tanya (Khalisa) mau hadiahnya apa? Dia maunya umrah. Reward itu harus kepada anaknya. Biar apa? (Agar) dia semangat. Kasih reward mau Rp 100 ribu, Rp 200 ribu, Rp 1 juta, Rp 2 juta. Kasih semampunya yang buat dia senang, tapi yang bagus adalah kalau punya rezeki kasih umrah," jelasnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian hadiah bukanlah semata-mata materi, tetapi juga sebagai bentuk apresiasi dan motivasi. Pemberian hadiah umrah misalnya, mencerminkan nilai ibadah dan cita-cita yang lebih tinggi.

Lebih lanjut, Habib Usman memaparkan rutinitas keluarga dalam menghadapi bulan Ramadan. Mereka menyempatkan diri untuk menemani anak-anak sahur, bahkan menyuapi mereka sekitar satu jam sebelum adzan subuh berkumandang. Hal ini menjadi bagian dari komitmen dalam mendidik anak agar memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai ibadah puasa, yang mencakup aspek fisik dan spiritual. Kehadiran dan peran aktif orang tua dalam membimbing anak selama bulan Ramadan bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga membangun ikatan batin yang erat dan penuh makna. Kasih sayang dan perhatian penuh dari orang tua menjadi pondasi penting dalam membentuk karakter anak yang berakhlak mulia, saling menyayangi, serta berbakti kepada orang tua.

Kesimpulannya, Habib Usman menekankan pentingnya memberikan penghargaan sesuai kemampuan dan mengajarkan nilai-nilai penting kepada anak-anak. Pengalamannya ini memberi inspirasi bagi orang tua lainnya dalam mendidik anak dalam menjalankan ibadah puasa, serta mengajarkan pentingnya keseimbangan antara materi dan nilai-nilai rohani dalam keluarga.