Inovasi Novita Anggraini: Laboratorium Terapung di Atas Rakit Bambu, Jembatan Ilmu Pengetahuan untuk Warga Bantaran Ciliwung

Mengubah Paradigma Laboratorium: Kisah Inspiratif dari Bantaran Ciliwung

Di tengah hiruk pikuk Jakarta, di tepi Sungai Ciliwung yang membelah kota, muncul sebuah inovasi yang tak hanya mengubah cara pandang terhadap laboratorium, tetapi juga memberdayakan masyarakat setempat. Novita Anggraini, seorang ahli kimia visioner, telah berhasil mewujudkan mimpinya untuk mendekatkan ilmu pengetahuan kepada warga bantaran sungai melalui Labtek Apung, sebuah laboratorium terapung yang dibangun di atas rakit bambu tradisional.

Kisah ini bermula dari keprihatinan Novita terhadap stigma yang melekat pada laboratorium. Baginya, laboratorium bukanlah ruang eksklusif bagi para ilmuwan, melainkan wadah inklusif untuk bertukar informasi dan belajar bersama. Ide brilian ini tercetus saat Novita dan rekan-rekannya menjelajahi kawasan Tanah Tinggi, Jatinegara, menggunakan getek, rakit bambu tradisional. Perkenalan dengan Indrawan, seorang ahli etnologi, dan Sri Suryani, yang melihat potensi getek lebih dari sekadar alat transportasi, semakin memantapkan niat Novita untuk menciptakan sesuatu yang unik dan bermanfaat.

Labtek Apung: Lebih dari Sekadar Laboratorium

Labtek Apung bukan sekadar laboratorium biasa. Ia adalah ruang kolaborasi yang menyatukan berbagai disiplin ilmu, mulai dari kimia, etnologi, teknik lingkungan, seni, hingga arsitektur. Melalui lokakarya sains yang diadakan di Kampung Tanah Rendah sejak 2017, Novita dan timnya berusaha mengumpulkan dan mendokumentasikan kearifan lokal masyarakat yang hidup berdampingan dengan Sungai Ciliwung. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran warga terhadap isu-isu lingkungan, seperti limbah dan sampah, yang masih menjadi permasalahan utama di sungai tersebut.

Kehadiran Labtek Apung telah membawa dampak positif bagi masyarakat setempat. Warga kini memiliki akses langsung ke peralatan pengujian air lapangan dan dapat belajar tentang kualitas air sungai secara langsung. Demonstrasi sains yang dilakukan oleh Novita telah membangkitkan rasa ingin tahu dan minat warga terhadap ilmu pengetahuan. Lebih dari itu, Labtek Apung telah menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya, tempat warga dapat berkumpul, bertukar informasi, dan mengembangkan potensi diri.

Inspirasi dari Getek, Rakit Bambu Tradisional

Pemilihan getek sebagai fondasi Labtek Apung bukan tanpa alasan. Bagi Novita, getek bukan hanya sekadar transportasi tradisional, melainkan simbol kearifan lokal dan adaptasi masyarakat terhadap lingkungan sungai. Dahulu, getek banyak digunakan oleh warga untuk berbagai keperluan, seperti mencuci, mandi, dan bahkan buang air. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah getek semakin berkurang.

Dengan menghidupkan kembali getek sebagai laboratorium terapung, Novita ingin mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga tradisi dan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Labtek Apung menjadi bukti nyata bahwa inovasi dapat lahir dari kearifan lokal dan semangat kolaborasi.

Inisiatif Novita Anggraini ini adalah contoh inspiratif bagaimana ilmu pengetahuan dapat diakses dan dimanfaatkan oleh semua orang, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi. Labtek Apung bukan hanya laboratorium terapung, tetapi juga simbol harapan dan pemberdayaan bagi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung. Kisah Novita adalah bukti nyata bahwa dengan kreativitas, inovasi, dan semangat gotong royong, kita dapat menciptakan perubahan positif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.