Eskalasi Perang Dagang AS-China Memicu Pelemahan Rupiah dan Mata Uang Asia
Rupiah Terhuyung di Tengah Bayang-Bayang Perang Dagang AS-China
Jakarta, Indonesia – Rupiah mengalami tekanan pada perdagangan hari ini, seiring dengan kekhawatiran pasar terhadap meningkatnya tensi antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Pada pembukaan perdagangan Selasa (22/4/2025), nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS terpantau melemah, mengikuti tren penurunan yang terjadi pada sejumlah mata uang Asia lainnya.
Berdasarkan data pasar spot, Rupiah diperdagangkan di level Rp 16.866 per Dolar AS, menunjukkan penurunan sebesar 60 poin atau 0,38 persen dibandingkan penutupan sebelumnya yang berada di level Rp 16.806 per Dolar AS. Kondisi ini mencerminkan sentimen risk-off yang semakin kuat di pasar ekuitas global.
Sentimen Regional Terpengaruh
Tidak hanya Rupiah, mata uang lain di kawasan Asia juga mengalami pelemahan. Ringgit Malaysia tercatat melemah 0,22 persen, Baht Thailand turun 0,29 persen, Peso Filipina melemah 0,22 persen, dan Won Korea Selatan mengalami penurunan sebesar 0,31 persen. Yuan China juga melemah 0,26 persen, diikuti oleh Dolar Taiwan (0,36 persen), Dolar Hong Kong (0,01 persen), dan Dolar Singapura (0,09 persen). Di sisi lain, Yen Jepang justru menguat 0,15 persen dan Rupee India menguat 0,28 persen terhadap Dolar AS.
Kekhawatiran Investor Meningkat
Pelemahan Rupiah dan mata uang Asia lainnya dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran investor terhadap dampak eskalasi perang dagang antara AS dan Tiongkok. Sentimen ini diperkuat oleh kebijakan AS yang menaikkan tarif impor terhadap barang-barang Tiongkok secara signifikan. Sementara itu, Tiongkok memberikan peringatan keras kepada negara-negara lain agar tidak terlibat dalam kesepakatan ekonomi dengan AS yang berpotensi merugikan kepentingan Beijing.
Ancaman balasan dari Tiongkok terhadap negara-negara yang dianggap mengorbankan kepentingan mereka semakin memperkeruh suasana. Investor khawatir bahwa perang dagang yang berkepanjangan akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi global, terutama bagi negara-negara Asia yang memiliki ketergantungan tinggi pada perdagangan internasional.
Dolar AS Tertekan, Perang Dagang Jadi Sorotan
Sebenarnya, Dolar AS sendiri tengah menghadapi tekanan akibat keraguan investor terhadap prospek ekonomi AS. Hal ini dipicu oleh pernyataan kontroversial Presiden AS yang meminta Bank Sentral untuk menurunkan suku bunga acuan, bahkan mengancam akan mengganti Ketua Federal Reserve jika permintaannya tidak dipenuhi. Tindakan ini dianggap sebagai intervensi terhadap independensi Bank Sentral yang dapat merusak kredibilitas kebijakan moneter AS.
Meskipun demikian, eskalasi perang dagang tetap menjadi faktor dominan yang memengaruhi pergerakan mata uang Asia. Investor khawatir bahwa dampak negatif perang dagang akan lebih besar daripada tekanan yang dialami Dolar AS. Kondisi ini mendorong mereka untuk mencari aset yang lebih aman, sehingga menyebabkan pelemahan mata uang di kawasan Asia.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Rupiah diperkirakan akan terus bergerak fluktuatif dalam perdagangan hari ini, dengan rentang pergerakan antara Rp 16.750 hingga Rp 16.900 per Dolar AS. Pasar akan terus mencermati perkembangan terbaru terkait perang dagang AS-China dan dampaknya terhadap ekonomi global.