Bank Dunia Pertimbangkan Investasi Rp 16 Triliun untuk Program Renovasi Rumah di Indonesia
Pemerintah Indonesia tengah menjajaki potensi pendanaan dari berbagai lembaga donor internasional untuk meningkatkan kualitas hunian masyarakat melalui program renovasi rumah. Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Fahri Hamzah, mengungkapkan bahwa Bank Dunia (World Bank) menyatakan kesiapannya untuk menginvestasikan dana sebesar US$ 1 miliar, setara dengan Rp 16 triliun, khusus untuk program ini.
Fahri Hamzah menjelaskan bahwa saat ini pemerintah sedang berkoordinasi intensif dengan setidaknya lima hingga enam organisasi donor yang beroperasi di Indonesia. Selain Bank Dunia, lembaga-lembaga lain yang turut serta dalam penjajakan ini antara lain:
- Asian Development Bank (ADB)
- Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)
- Islamic Development Bank (IsDB)
- German Infrastructure Development (GID) dari Jerman
Dalam sebuah acara Silaturahmi Nasional (Silatnas) Apersi 2025 di Jakarta, Fahri menekankan pentingnya dukungan dari lembaga donor untuk merealisasikan program renovasi rumah secara besar-besaran. Ia meyakini bahwa komitmen Bank Dunia akan menjadi pemicu bagi lembaga donor lainnya untuk turut berpartisipasi dalam program ini.
Fokus utama dari program renovasi ini adalah perumahan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Lembaga-lembaga donor menawarkan pembiayaan dengan bunga yang sangat rendah, dengan tujuan menciptakan hunian yang layak dan ramah lingkungan. Fahri Hamzah menambahkan bahwa dukungan internasional terhadap program ini sangat besar, sebagai wujud kepedulian terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Sebelumnya, dalam sambutannya di acara Silatnas Apersi 2025, Fahri Hamzah menyoroti alokasi anggaran Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) untuk renovasi rumah yang dinilai masih minim, yaitu sebesar Rp 900 miliar. Ia mengusulkan agar anggaran ini ditingkatkan secara signifikan untuk mempercepat proses perbaikan rumah tidak layak huni dan menekan angka kawasan kumuh di seluruh Indonesia.
Fahri Hamzah juga mengusulkan adanya modifikasi dalam pola dan pembiayaan renovasi rumah. Ia menyarankan agar dana yang dialokasikan untuk setiap rumah tidak hanya terpaku pada angka Rp 20 juta. Peningkatan anggaran per rumah akan memungkinkan keterlibatan lembaga keuangan mikro dan pengembang lokal dalam program renovasi.
Fahri Hamzah mencontohkan, renovasi rumah dapat mencakup penambahan kamar, mengingat data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru menunjukkan peningkatan jumlah keluarga di Indonesia menjadi 93,1 juta. Hal ini mengindikasikan kebutuhan akan hunian yang lebih memadai, terutama bagi keluarga baru yang masih tinggal bersama orang tua.