Ribuan Peserta Semarakkan Parade Wastra Nusantara di Salatiga: Rekor dan Apresiasi Budaya
Kota Salatiga menjadi saksi perayaan keberagaman budaya Indonesia melalui "Parade Senja 1000 Wastra Nusantara" yang diselenggarakan oleh Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Meskipun diguyur hujan deras, antusiasme ribuan peserta, termasuk mahasiswa, dosen, dan komunitas budaya, tidak surut dalam memeriahkan acara yang bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. Parade ini menjadi semakin istimewa karena bertepatan dengan tiga momen penting, yaitu Dies Natalis FISKOM, Hari Kartini, dan Hari Bumi.
Dimulai dari Rumah Dinas Wali Kota Salatiga dan berakhir di kampus UKSW, parade ini menampilkan kekayaan wastra nusantara yang memukau. Peserta dengan bangga mengenakan kain-kain tradisional dari seluruh penjuru nusantara, seperti tenun Nusa Tenggara, batik, songket Palembang, tapis Lampung, sasirangan Kalimantan Selatan, lipa saqbe Sulawesi Barat, dan ulos Batak. Setiap kain menceritakan kisah dan makna mendalam, merefleksikan harmoni budaya Indonesia yang kaya dan beragam.
Inisiatif UKSW dalam melestarikan wastra nusantara patut diapresiasi. Rektor UKSW, Prof. Intiyas Utami, menjelaskan bahwa parade ini merupakan bagian dari kampanye kampus untuk memperkenalkan dan menghargai warisan budaya Indonesia. Sebagai bentuk komitmen, UKSW telah mewajibkan seluruh civitas akademika untuk mengenakan kain wastra setiap hari Senin. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan budaya lokal di tengah arus globalisasi.
Acara ini tidak hanya menjadi ajang perayaan budaya, tetapi juga mencatatkan prestasi membanggakan. Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID) memberikan penghargaan kepada UKSW atas rekor "Parade Senja Wastra Nusantara dengan Peserta Terbanyak", yang mencapai 1.527 peserta. Selain itu, UKSW juga dinobatkan sebagai kampus pemrakarsa pertama yang mewajibkan penggunaan wastra nusantara secara mingguan. Ketua Umum LEPRID, Paulus Pangka, menyampaikan apresiasinya kepada UKSW atas inisiatif yang luar biasa ini.
Selain mahasiswa dan dosen UKSW, parade ini juga melibatkan berbagai komunitas, seperti Komunitas Sanggul, Komunitas Diajeng (Kebaya), Dharma Wanita Persatuan (DWP), Komunitas Kreatif Salatiga, Komunitas Parahita, dan Perempuan Berkebaya Indonesia. Partisipasi aktif dari berbagai elemen masyarakat ini menunjukkan semangat kebersamaan dan kecintaan terhadap budaya Indonesia.
Dr. Sri Suwartiningsih, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi (FISKOM), menekankan pentingnya kembali ke akar budaya dalam menghadapi tantangan dunia modern. Wastra, sebagai wujud kearifan lokal, memiliki nilai ekonomi dan sarat dengan kisah kehidupan yang perlu dilestarikan dari generasi ke generasi. Parade ini menjadi momentum penting untuk mengingatkan kita akan kekayaan budaya yang kita miliki dan mendorong upaya pelestariannya.
Berikut adalah daftar wastra yang ditampilkan dalam parade:
- Kain Tenun Nusa Tenggara
- Batik
- Songket Palembang
- Tapis Lampung
- Sasirangan Kalimantan Selatan
- Lipa Saqbe Sulawesi Barat
- Ulos Batak