Paus Fransiskus Berpulang: Kenangan akan Sosok Sederhana dan Pembawa Damai

Paus Fransiskus Berpulang: Kenangan akan Sosok Sederhana dan Pembawa Damai

Dunia berduka atas wafatnya Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik. Berita duka ini diumumkan oleh Camerlengo Vatikan, Kardinal Kevin Farrell, yang menyatakan bahwa Paus Fransiskus telah kembali ke rumah Bapa pada pukul 7.35 pagi. Kardinal Farrell juga menyampaikan bahwa seluruh hidup Paus Fransiskus didedikasikan untuk melayani Tuhan dan Gereja.

Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan kesan mendalam bagi banyak orang, tidak hanya umat Katolik, tetapi juga para pemimpin agama lain. Sosoknya yang sederhana dan penuh kasih sayang, tercermin dalam berbagai tindakannya, termasuk kunjungannya ke Indonesia pada tahun 2024. Kunjungan tersebut bertujuan untuk mempererat dialog antarumat beragama, mempromosikan perdamaian, dan menghargai kebebasan beragama.

Ws Liem Tiong Yang, seorang rohaniwan agama Konghucu dari Klenteng Boen Bio Surabaya, mengungkapkan bahwa Paus Fransiskus adalah sosok pemimpin agama yang dicintai banyak orang, tanpa memandang agama. Kesederhanaannya menginspirasi banyak orang untuk terus menyuarakan perdamaian dunia. Ia menambahkan bahwa Paus Fransiskus adalah sosok yang menyejukkan hati bagi siapa pun yang mendengarkan perkataannya dan dipilih oleh Tuhan untuk menjadi pemimpin umat Katolik sedunia.

Senada dengan hal tersebut, Ketua Persekutuan Gereja Indonesia se-Surabaya (PGIS), Pendeta Claudia Stefanie, menyatakan bahwa kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia merupakan kenangan berharga. Masyarakat Indonesia dapat menyaksikan langsung sikap sederhana, rendah hati, dan penuh cinta kasih yang ditunjukkan oleh Paus Fransiskus kepada semua orang. Paus Fransiskus juga memuji kerukunan beragama di Indonesia dan menjadikannya sebagai contoh bahwa perbedaan iman seharusnya tidak memisahkan, tetapi justru merangkul sesama tanpa kehilangan identitas masing-masing.

Pendeta Claudia berharap, sikap Paus Fransiskus dapat menjadi contoh bagi para pemimpin agama lain dan masyarakat luas untuk menghayati dan mengimplementasikan keimanan, sehingga terbebas dari persoalan intoleransi. Ia meyakini bahwa semua agama mengajarkan cinta kasih, dan Paus Fransiskus adalah salah satu dari sedikit orang yang menjalankannya dengan sungguh-sungguh.

Da’i sekaligus pengajar di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, Maurice Anantatoer Akbar, menambahkan bahwa Paus Fransiskus adalah simbol pemimpin agama yang baik. Ia menyoroti kesederhanaan Paus Fransiskus, serta seruannya yang terus-menerus untuk perdamaian dunia dan keadilan sosial. Bahkan, menjelang wafatnya, dalam salah satu khotbah Paskah, Paus Fransiskus menyampaikan keprihatinannya terhadap konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina, serta menyerukan gencatan senjata.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada tahun 2024 juga bertujuan untuk meningkatkan citra Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, sekaligus menjawab stigma buruk terhadap agama Islam. Maurice berharap, melalui sosok Paus Fransiskus, masyarakat Indonesia dapat belajar tentang toleransi, menghargai perbedaan, dan tidak memaksakan agama kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya menyambut umat agama lain dengan nilai-nilai Islam yang beradab.