Kontroversi Taman Okubo: Transformasi Ruang Publik di Tokyo dari Arena Olahraga Jadi Pusat Perdagangan Seksual
Taman Okubo, sebuah ruang hijau yang terletak dekat Stasiun Shin-Okubo dan distrik hiburan Kabukicho di Tokyo, mengalami metamorfosis mencolok, dari taman rekreasi yang ramah keluarga di siang hari menjadi pusat kegiatan seksual komersial di malam hari. Fenomena ini, yang dipicu oleh penyebaran informasi melalui media sosial seperti TikTok dan Bilibili, telah menarik perhatian wisatawan mancanegara, terutama dari Korea Selatan, China, Taiwan, Amerika Utara, dan Eropa.
Transformasi yang Mengkhawatirkan
Di siang hari, Taman Okubo tampak seperti taman pada umumnya, dengan fasilitas olahraga seperti lapangan basket dan futsal yang dapat digunakan secara gratis. Renovasi pada tahun 2022 bahkan memperindah lapangan olahraga dengan desain geometris yang artistik. Namun, ketika matahari terbenam, suasana berubah drastis. Di sepanjang jalanan dan bangunan di sekitarnya, wanita-wanita penjaja seks berdiri menunggu pelanggan, menciptakan pemandangan yang kontras dengan citra taman yang damai di siang hari.
Daya Tarik Bagi Wisatawan Asing
Menurut laporan dari The Japan Times, sebagian besar turis laki-laki yang mengunjungi Taman Okubo berasal dari negara-negara Asia Timur, serta Amerika Utara dan Eropa. Para pekerja seks komersial (PSK) di daerah tersebut menargetkan turis asing karena mereka cenderung tidak menawar harga dan sering memberikan tip yang lebih besar. Salah seorang PSK, bernama Ria, mengungkapkan bahwa tarifnya berkisar antara 15.000 hingga 30.000 yen (sekitar Rp 2 juta hingga Rp 4 juta), dan mereka bekerja secara mandiri tanpa majikan.
Pekerja seks lainnya, Azu, menambahkan bahwa dalam situasi yang menguntungkan, ia dapat mengenakan biaya lebih tinggi untuk pelayanannya. "Dalam skenario terbaik, saya dapat mengenakan biaya kepada klien sebesar 20.000 yen per jam untuk kondom. Terkadang malah sedikit lebih mahal," katanya.
Latar Belakang dan Inisiatif "Kabukicho Renaissance"
Taman Okubo direnovasi pada tahun 2010 sebagai bagian dari inisiatif "Kabukicho Renaissance", yang bertujuan untuk meregenerasi daerah tersebut menjadi kota yang aman dan menyenangkan bagi semua orang. Taman ini seharusnya menjadi pusat kegiatan olahraga dan budaya, dengan berbagai acara seperti festival makanan dan festival pedas yang diadakan sepanjang tahun. Namun, kenyataannya, taman ini telah menjadi tempat yang kontroversial karena kegiatan seksual komersial yang terjadi di malam hari.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas inisiatif "Kabukicho Renaissance" dan perlunya upaya lebih lanjut untuk mengatasi masalah prostitusi dan perdagangan seks di daerah tersebut. Selain itu, perlu ada tindakan tegas untuk mencegah penyebaran informasi yang menyesatkan atau mempromosikan kegiatan ilegal di media sosial.
Taman Okubo adalah contoh bagaimana ruang publik dapat mengalami transformasi yang tidak diinginkan, dan bagaimana media sosial dapat memainkan peran dalam mempopulerkan fenomena yang merugikan. Ini juga menyoroti tantangan dalam menjaga keamanan dan ketertiban di daerah-daerah yang ramai, terutama di malam hari.