Inovasi atau Mimpi Buruk? Mesin Keramas AI Tuai Kontroversi di Salon-Salon China

Era Baru Perawatan Rambut atau Sekadar Tren Sesaat?

Industri kecantikan terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Inovasi terbaru yang mencuri perhatian adalah mesin keramas AI, yang mulai merambah salon-salon di China. Alat ini diklaim mampu mencuci rambut secara otomatis dalam waktu singkat, menggantikan peran tenaga manusia. Namun, kehadiran mesin keramas AI ini menuai reaksi beragam dari para pelanggan.

Teknologi Canggih di Balik Mesin Keramas AI

Mesin keramas AI, yang banyak ditemukan di salon-salon di Provinsi Guangzhou, bekerja dengan memanfaatkan sensor inframerah. Sensor ini berfungsi untuk mendeteksi kondisi kulit kepala pelanggan dan memilih jenis sampo serta metode keramas yang paling sesuai dengan karakteristik rambut mereka. Pemilik salon di Distrik Tianhe menjelaskan bahwa mesin ini dilengkapi dengan berbagai mode, seperti pencucian cepat, normal, atau durasi tambahan, serta opsi pengaturan intensitas pijatan kulit kepala. Mesin ini juga dapat disesuaikan untuk melayani pelanggan dengan rambut panjang maupun pendek.

Antara Popularitas dan Kekecewaan

Meski menawarkan pengalaman baru, tidak semua pelanggan merasa puas dengan hasil kerja mesin keramas AI. Sejumlah keluhan muncul terkait dengan tekanan pijatan yang dianggap terlalu keras dan proses pembilasan yang kurang optimal. Beberapa pelanggan bahkan merasa perlu mencuci rambut mereka secara manual setelah menggunakan mesin tersebut. Kekecewaan ini memicu perdebatan di media sosial, di mana sebagian netizen mempertanyakan efektivitas dan kenyamanan mesin keramas AI.

Harga dan Ketersediaan

Untuk menikmati layanan keramas dengan mesin AI, pelanggan harus membayar biaya tambahan di luar perawatan lain. Awalnya, satu sesi keramas AI dihargai 9,9 yuan (sekitar Rp 22 ribuan). Namun, seiring dengan meningkatnya popularitas, harganya naik menjadi 19 yuan (sekitar Rp 43 ribuan). Kenaikan harga ini semakin memicu perdebatan tentang nilai yang ditawarkan oleh mesin keramas AI.

Pro dan Kontra di Kalangan Pelanggan

Beberapa komentar negatif dari netizen di Weibo antara lain:

  • "Aku sudah mencobanya dan itu tidak berguna, kulit kepalaku sakit."
  • "Aku sudah coba tapi itu hanya menyemprotkan busa dan membilas dengan air. Mesin itu tidak bisa menjangkau bagian belakang kepalaku jadi tidak cukup bersih. Aku harus melakukannya lagi secara manual."

Terlepas dari pro dan kontra yang ada, kehadiran mesin keramas AI menunjukkan bahwa industri kecantikan terus berupaya menghadirkan inovasi yang dapat meningkatkan efisiensi dan pengalaman pelanggan. Namun, penting untuk diingat bahwa teknologi hanyalah alat, dan kepuasan pelanggan tetap menjadi prioritas utama.