Kebiasaan Sehari-hari Picu Mata Minus: Dokter Spesialis Ungkap Pemicu dan Cara Pencegahan
Kebiasaan Sehari-hari Picu Mata Minus: Dokter Spesialis Ungkap Pemicu dan Cara Pencegahan
Miopia, atau yang lebih dikenal dengan mata minus, menjadi permasalahan penglihatan yang umum dijumpai, terutama pada usia muda. Kondisi ini menyebabkan seseorang kesulitan melihat objek yang terletak jauh dengan jelas. Seorang dokter spesialis mata, Prof. dr. Tjahjono Darminto Gondhowiardjo, SpM(K), menjelaskan bahwa perkembangan miopia erat kaitannya dengan aktivitas dan kebiasaan sehari-hari.
Prof. Tjahjono mengungkapkan bahwa mata bekerja lebih keras ketika fokus pada objek yang dekat. Kebiasaan melihat objek dekat dalam waktu lama tanpa jeda dapat memicu pemanjangan bola mata. Ketika bola mata mengalami perubahan bentuk, cahaya yang masuk tidak dapat terfokuskan secara tepat pada retina, sehingga menyebabkan penglihatan buram pada jarak jauh.
"Semua aktivitas yang memforsir mata, seperti terus-menerus melihat objek dekat, terutama penggunaan gawai secara intensif, memaksa otot-otot mata untuk bekerja keras," jelas Prof. Tjahjono.
Kebiasaan membaca dalam jarak yang terlalu dekat juga dapat berkontribusi terhadap perkembangan miopia. Namun, efek paparan layar gawai dinilai lebih signifikan. Prof. Tjahjono menjelaskan bahwa layar gawai dapat meningkatkan beban saraf mata hingga 1,5 hingga 4 kali lipat dibandingkan dengan aktivitas membaca atau menulis.
Selain faktor kebiasaan, riwayat keluarga juga berperan dalam menentukan risiko seseorang mengalami mata minus. Faktor genetik dapat memengaruhi struktur dan perkembangan mata, sehingga meningkatkan kerentanan terhadap miopia.
Prof. Tjahjono menambahkan, perbedaan signifikan antara penggunaan lampu tradisional dan layar digital juga memengaruhi kesehatan mata. Lampu tradisional memancarkan cahaya yang dipantulkan, sedangkan layar gawai memancarkan cahaya langsung ke mata. Hal ini dapat menyebabkan penurunan frekuensi berkedip dan stimulasi berlebihan pada mata, yang pada akhirnya memicu ketegangan mata.
Untuk mengurangi risiko mata lelah dan mencegah perkembangan miopia, Prof. Tjahjono merekomendasikan metode 20-20-20. Metode ini melibatkan pengalihan pandangan dari layar setiap 20 menit, dengan melihat objek yang berjarak sekitar 6 meter (20 kaki) selama minimal 20 detik. Tindakan sederhana ini dapat membantu mengistirahatkan otot-otot mata dan mengurangi ketegangan.
Dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan miopia dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, diharapkan masyarakat dapat menjaga kesehatan mata dan mengurangi risiko gangguan penglihatan.