Suksesi Kepausan: Kandidat Penerus Paus Fransiskus Pasca Wafat

Suksesi Kepausan: Kandidat Penerus Paus Fransiskus Pasca Wafat

Dunia berduka atas wafatnya Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia, pada usia 88 tahun. Kepergian Paus Fransiskus pada Senin, 21 April 2025, setelah menjalani perawatan intensif akibat pneumonia, memicu prosesi suksesi yang dikenal sebagai konklaf, sebuah tradisi sakral untuk memilih Paus baru.

Prosesi Pemakaman dan Persiapan Konklaf

Vatikan telah mengumumkan bahwa pemakaman Paus Fransiskus akan diselenggarakan pada Sabtu, 26 April 2025, di Alun-alun Santo Petrus. Acara ini diperkirakan akan dihadiri oleh para pemimpin dunia dan jutaan umat Katolik dari seluruh penjuru dunia.

Sementara itu, persiapan untuk konklaf telah dimulai. Para kardinal pemilih, mengenakan jubah merah kebesaran, akan dikawal oleh Garda Swiss menuju kapel yang telah disiapkan khusus. Semua jaringan komunikasi dari dunia luar, termasuk telepon dan internet, akan diputus untuk menjaga kerahasiaan proses pemilihan. Para kardinal akan menghindari kontak dan diskusi terkait kandidat selama masa konklaf.

Setelah pintu kapel ditutup, konklaf resmi dimulai. Tiga kardinal termuda akan bertugas membantu kelancaran proses. Setiap kardinal akan menerima kertas suara bertuliskan "Eligo in Sumum Pontificem Meum" (Saya memilih Pemimpin Tertinggiku), yang kemudian akan mereka masukkan ke dalam piala.

Pemungutan Suara dan Pengumuman Paus Baru

Setelah pemungutan suara, kertas suara akan dihitung. Jika seorang kandidat memperoleh mayoritas dua pertiga suara, ia dinyatakan terpilih sebagai Paus. Jika tidak ada yang mencapai mayoritas, pemungutan suara akan diulang. Setelah putaran ke-30, jika masih belum ada Paus terpilih, dua kandidat dengan suara terbanyak akan dipilih, namun keduanya kehilangan hak untuk memilih.

Kertas suara bekas kemudian dibakar. Jika belum ada Paus terpilih, bahan kimia dicampurkan untuk menghasilkan asap hitam yang mengepul dari cerobong asap, sebagai tanda bagi dunia bahwa konklaf belum menghasilkan Paus baru. Sebaliknya, jika seorang kandidat terpilih, asap putih akan mengepul, disertai dentang lonceng gereja, menandakan Gereja Katolik telah memiliki Paus baru.

Kardinal diakon akan tampil di Balkon Santo Petrus untuk mengumumkan, "Annuntio vobis gaudium magnum. Habemus Papam!" (Saya mengumumkan kepada Anda sebuah kegembiraan besar. Kita mempunyai seorang Paus!). Paus baru kemudian akan menyapa umat dan memberikan berkat.

Kandidat Potensial Penerus Paus Fransiskus

Hanya kardinal di bawah usia 80 tahun yang berhak memilih, dan biasanya sekitar 120 kardinal berpartisipasi dalam konklaf. Beberapa nama yang berpotensi menjadi penerus Paus Fransiskus antara lain:

  • Kardinal Luis Antonio Tagle (Filipina): Dikenal sebagai "Fransiskus dari Asia", fokus pada keadilan sosial. Namun, tuduhan perundungan di Caritas Internationalis mungkin meredupkan prospeknya.
  • Kardinal Pietro Parolin (Italia): Sekretaris Negara Vatikan, berpotensi menjadi jembatan antar-faksi. Dikritik karena perannya dalam perjanjian dengan Beijing.
  • Kardinal Peter Turkson (Ghana): Calon Paus pertama dari Afrika sub-Sahara, memadukan pengalaman pastoral dan diplomatik.
  • Kardinal Marc Ouellet (Kanada): Seorang veteran Vatikan dengan pengalaman global. Secara teologis konservatif.
  • Kardinal Fridolin Ambongo Besungu (Kongo): Bintang yang tengah naik daun dari Afrika, vokal menolak pemberkatan pasangan sesama jenis.
  • Kardinal Matteo Zuppi (Italia): Dijuluki "Bergoglio dari Italia", fokus pada kaum miskin dan migran.
  • Kardinal Jean-Marc Aveline (Prancis): Dikenal karena selera humornya dan hubungan baiknya dengan Paus Fransiskus.
  • Kardinal Peter Erdo (Hungaria): Pembela ajaran Katolik tradisional, namun mampu membangun hubungan dengan dunia progresif.
  • Kardinal Mario Grech (Malta): Mendorong reformasi yang diinisiasi Paus Fransiskus, menyerukan sikap terbuka terhadap umat Katolik LGBTQ+.
  • Kardinal Juan Jose Omella (Spanyol): Dikenal dekat dengan Paus Fransiskus.
  • Kardinal Joseph Tobin (AS): Kandidat yang paling mungkin menjadi Paus dari AS, dikenal karena keterbukaannya terhadap komunitas LGBTQ+.
  • Kardinal Angelo Scola (Italia): Pernah jadi kandidat kuat, namun telah melewati batas usia untuk memberikan suara.

"Kardinal muda memilih paus tua", pepatah ini mencerminkan pola tradisional dalam konklaf, di mana kardinal muda cenderung memilih paus yang lebih tua atau seseorang yang tidak akan menjabat terlalu lama.