Kendali Hipertensi: Bukan Sekadar Pembatasan Garam

Mengelola Tekanan Darah Tinggi: Pendekatan Holistik Lebih Efektif

Seringkali kita mendengar anjuran untuk mengurangi konsumsi garam sebagai solusi bagi penderita hipertensi. Namun, benarkah pembatasan garam adalah satu-satunya kunci untuk menurunkan tekanan darah? Para ahli menekankan bahwa pendekatan yang lebih komprehensif diperlukan untuk mengelola hipertensi secara efektif.

Dr. Santi, seorang spesialis dari Corporate HR Kompas Gramedia, menjelaskan bahwa fokus utama dalam mengelola tekanan darah tinggi bukanlah semata-mata mengurangi garam. Ia menekankan pentingnya pola makan bergizi seimbang yang kaya akan nutrisi penting. Konsumsi makanan tinggi kalium, yang banyak ditemukan dalam buah-buahan seperti pisang dan alpukat, serta sayuran seperti ubi dan bayam, sangat dianjurkan. Kalium berperan penting dalam menjaga keseimbangan elektrolit dan membantu menurunkan tekanan darah.

Selain kalium, serat juga memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan jantung dan mengelola tekanan darah. Sayuran dan buah-buahan adalah sumber serat yang sangat baik dan harus menjadi bagian integral dari diet sehari-hari. Lebih lanjut, Dr. Santi mengingatkan bahwa pola makan bergizi seimbang tidak hanya tentang membatasi garam, tetapi juga tentang mengendalikan asupan gula, lemak jahat, dan makanan olahan. Makanan-makanan tersebut dapat berkontribusi pada peningkatan tekanan darah dan risiko penyakit jantung.

Gaya Hidup Sehat: Pilar Utama Pengendalian Hipertensi

Selain pola makan, perubahan gaya hidup juga krusial dalam menurunkan tekanan darah tinggi. Dr. Santi menekankan pentingnya menjaga hidrasi yang cukup, berolahraga secara teratur, tidur yang cukup, dan mengelola stres dengan bijak. Aktivitas fisik membantu memperkuat jantung, meningkatkan sirkulasi darah, dan menurunkan tekanan darah. Tidur yang cukup memberikan waktu bagi tubuh untuk beristirahat dan memperbaiki diri, sementara pengelolaan stres yang efektif dapat mencegah lonjakan tekanan darah akibat stres.

Senada dengan Dr. Santi, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Decsa Medika Hertanto, juga menekankan bahwa perubahan gaya hidup yang lebih sehat adalah kunci utama dalam menurunkan hipertensi. Ia menyarankan untuk fokus pada olahraga, tidur yang cukup, dan pengelolaan stres. Penggunaan obat-obatan sebaiknya menjadi pilihan terakhir jika perubahan gaya hidup tidak membuahkan hasil yang signifikan.

Sodium vs. Garam: Memahami Perbedaannya

Dr. Santi menjelaskan bahwa garam dapur yang kita konsumsi sehari-hari mengandung natrium klorida, dengan natrium sebagai komponen utamanya. Oleh karena itu, yang sebenarnya perlu dibatasi oleh penderita hipertensi adalah asupan natrium, bukan hanya garam dapur. Banyak orang tidak menyadari bahwa natrium juga terkandung dalam berbagai makanan alami seperti susu dan bit, serta dalam bahan tambahan makanan seperti baking soda, baking powder, pengawet, penyedap, dan pewarna. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) merekomendasikan batasan konsumsi natrium harian maksimal sebesar 2.000 miligram (mg), setara dengan 1 sendok teh atau 5 gram garam dapur.

Mengapa Garam Tidak Sepenuhnya Dihindari?

Meskipun pembatasan garam penting, Dr. Santi menjelaskan bahwa tubuh tetap membutuhkan asupan natrium dalam jumlah tertentu untuk berfungsi optimal. Kebutuhan harian natrium minimal adalah 500 mg, karena tubuh tidak dapat memproduksi natrium secara alami. Natrium berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengatur tekanan darah, serta mendukung fungsi saraf dan otot. Selain itu, mengurangi asupan garam tidak selalu efektif untuk semua penderita hipertensi. Bahkan, sekitar 1 dari 10 orang justru mengalami peningkatan tekanan darah saat mengurangi konsumsi garam, kondisi yang dikenal sebagai inverse salt sensitivity. Seseorang dikatakan memiliki sensitivitas garam jika tekanan darahnya meningkat 5 poin atau lebih saat mengurangi konsumsi garam.