Pengamat: Kritik PDIP terhadap Gibran Diduga Imbas Ketegangan Politik Jokowi dan Partai

Polemik antara politisi PDI Perjuangan (PDIP) dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali mencuat ke permukaan. Kali ini, sorotan datang dari Deddy Yevri Sitorus, Ketua DPP PDIP, yang menyarankan agar Gibran tidak terlalu fokus pada pembuatan konten video dan lebih berkonsentrasi pada kinerja sebagai wakil presiden.

Pengamat politik dari Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, menilai bahwa pernyataan Deddy Sitorus tersebut tidak dapat dilepaskan dari konteks konflik politik yang sedang berlangsung antara PDIP dan keluarga Presiden Joko Widodo. Menurutnya, serangan terhadap Gibran oleh sejumlah elite dan kader PDIP merupakan manifestasi dari ketegangan tersebut.

"Tidak mengherankan jika sejumlah elite dan kader PDIP terus agresif menyerang Gibran yang notabenenya Wapres anak Jokowi tanpa henti. Apapun yang terkait dengan Gibran tonenya memang negatif," ujar Adi.

Adi menambahkan, kritik Deddy Sitorus terhadap Gibran memiliki dasar yang kuat. Menurutnya, seorang pemimpin memang harus fokus pada kerja nyata dan merealisasikan janji-janji politiknya. Namun, Adi juga menekankan pentingnya narasi politik bagi seorang pemimpin. Narasi politik diperlukan untuk menyampaikan visi dan proyeksi masa depan kepada masyarakat.

"Pemimpin memang harus harus banyak kerja dan merealisasikan janji politik, dan pada saat bersamaan narasi politik pemimpin juga penting. Karena pemimpin juga perlu menyampaikan narasi besar sebagai proyeksi masa depan. Sepertinya Deddy kritik pemimpin jangan banyak bicara yang penting pembuktian kinerja," jelasnya.

Lebih lanjut, Adi menjelaskan bahwa seorang pemimpin perlu membangun narasi agar rencana kerjanya dapat dipahami oleh publik. Ia menilai bahwa saat ini tidaklah mudah menjadi seorang Gibran, karena setiap tindakan dan perkataannya selalu menjadi sorotan.

"Tapi pemimpin perlu juga sering-sering bicara membangun narasi dan pada saat bersamaan narasi pemimpin itu dikongkretkan sebagai bukti kinerja ke rakyat. Tak mudah jadi Gibran memang. Ngomong salah, tak ngomong pun salah," tutur dia.

Sebelumnya, Deddy Sitorus mengkritik Gibran yang membuat video YouTube tentang bonus demografi Indonesia. Deddy menyarankan agar Gibran tidak terlalu banyak membuat video dan lebih fokus pada kerja nyata.

"Ya kalau menurut saya sih jangan terlalu banyak bikin video lah ya. Kerja aja gitu loh," ujar Deddy.

Deddy Sitorus juga sempat menyebut nama Dedi Mulyadi dalam pernyataannya. Namun, ia tidak menjelaskan maksud dari penyebutan nama tersebut.

"Video terus, nggak habis-habis. Nanti sama kayak Pak Dedi Mulyadi lagi," tambahnya.