Krisis Pendanaan Melanda WHO: Dampak Pemotongan Anggaran AS Memicu PHK Massal dan Restrukturisasi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tengah menghadapi badai finansial yang serius akibat pemotongan dana signifikan dari Amerika Serikat. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengumumkan langkah-langkah drastis untuk mengatasi defisit anggaran yang mencapai ratusan juta dolar. Langkah tersebut meliputi pemangkasan operasional, restrukturisasi organisasi, dan pengurangan jumlah karyawan secara global.

"Penurunan pendapatan yang tiba-tiba telah memaksa kami untuk mengambil keputusan sulit," ujar Tedros dalam sebuah pernyataan resmi. "Kami tidak punya pilihan selain mengurangi skala pekerjaan dan tenaga kerja kami untuk memastikan keberlangsungan organisasi."

Keputusan Amerika Serikat untuk menghentikan kontribusi dana ke WHO telah menciptakan lubang besar dalam anggaran organisasi. AS sebelumnya merupakan kontributor terbesar WHO, dengan sumbangan mencapai 1,3 miliar dolar AS untuk periode anggaran 2022-2023. Dana tersebut disalurkan melalui proyek-proyek sukarela yang ditujukan untuk inisiatif kesehatan tertentu. Ketidakmampuan WHO untuk menerima iuran dari AS untuk tahun 2024 dan perkiraan yang sama untuk tahun 2025, telah memperparah situasi keuangan organisasi.

WHO memperkirakan bahwa kesenjangan pendanaan untuk periode 2026-2027 dapat mencapai antara 560 juta dolar AS hingga 650 juta dolar AS. Jumlah ini setara dengan sekitar 25 persen dari total anggaran gaji staf WHO.

Langkah-langkah yang diambil WHO untuk mengatasi krisis pendanaan meliputi:

  • Pengurangan Manajemen Senior: Jumlah tim kepemimpinan senior di kantor pusat Jenewa telah dikurangi dari 12 menjadi 7 orang.
  • Restrukturisasi Departemen: Jumlah departemen di kantor pusat akan dikurangi lebih dari setengahnya, dari 76 menjadi 34.
  • Pengurangan Tenaga Kerja: WHO akan melakukan pengurangan jumlah karyawan di berbagai tingkatan, meskipun jumlah pasti pekerjaan yang akan hilang belum diumumkan.
  • Penutupan Kantor Regional: Beberapa kantor regional WHO di berbagai negara kemungkinan akan ditutup.

Dampak dari pemotongan anggaran ini diperkirakan akan sangat terasa di kantor pusat WHO di Jenewa. Namun, kantor regional dan program di berbagai negara juga akan terpengaruh.

Tedros menekankan bahwa WHO akan berupaya untuk melakukan pengurangan pekerja secara manusiawi dan meminimalkan dampak negatif terhadap staf. Dia juga menegaskan bahwa WHO akan terus berupaya untuk memberikan dukungan kepada negara-negara yang membutuhkan, meskipun dengan sumber daya yang lebih terbatas.

Negara-negara anggota WHO telah sepakat untuk meningkatkan biaya keanggotaan secara signifikan, sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada kontribusi sukarela yang kurang dapat diandalkan. WHO berharap dapat menerima 1,07 miliar dolar AS dalam bentuk iuran keanggotaan untuk periode 2026-2027, bahkan tanpa kontribusi dari Amerika Serikat.

Dalam situasi yang sulit ini, WHO akan memprioritaskan fungsi-fungsi intinya dan berupaya untuk membantu negara-negara beralih dari ketergantungan pada bantuan ke kemandirian yang lebih besar.