Nay Pyi Taw: Ibu Kota Myanmar Berbenah Pasca-Gempa, Rencana Tata Ruang Kota Dievaluasi

Nay Pyi Taw Berbenah Diri Pasca-Gempa: Evaluasi Tata Ruang Kota Menjadi Prioritas

Gempa bumi dahsyat yang mengguncang Myanmar pada bulan Maret lalu telah memicu serangkaian evaluasi mendalam terhadap infrastruktur dan tata ruang ibu kota Nay Pyi Taw. Pemerintah militer Myanmar mengumumkan rencana perombakan signifikan terhadap tata letak kota, menyusul kerusakan parah yang dialami banyak bangunan akibat gempa berkekuatan 7,7 magnitudo tersebut.

Jenderal Senior Min Aung Hlaing, dalam pertemuan kabinet, menekankan bahwa banyak bangunan runtuh karena dibangun di atas tanah yang kurang stabil. Pemerintah berencana untuk membangun kembali gedung-gedung perkantoran dengan standar ketahanan gempa yang lebih tinggi. Langkah-langkah pengujian tanah secara menyeluruh akan dilakukan sebelum dimulainya proyek pembangunan kembali. Menurut laporan, kerusakan akibat gempa mencapai 70% bangunan pemerintahan di Nay Pyi Taw. Beberapa instansi pemerintahan bahkan dilaporkan telah dipindahkan sementara ke Yangon.

Dampak Gempa dan Respons Pemerintah

Gempa bumi yang melanda Myanmar pada 28 Maret lalu telah menyebabkan kerusakan yang meluas dan menimbulkan korban jiwa yang signifikan. Gempa tersebut juga terasa hingga negara tetangga seperti Thailand dan China. Media pemerintah melaporkan bahwa lebih dari 3.500 orang tewas dan lebih dari 5.000 lainnya mengalami luka-luka akibat bencana ini.

Tantangan dan Rencana Jangka Panjang

Nay Pyi Taw, yang dibangun sejak tahun 2005 atas inisiatif penguasa militer, memiliki luas wilayah yang hampir setara dengan Jakarta, tetapi dengan populasi yang jauh lebih sedikit. Kota ini dibangun dengan karakteristik ibu kota yang terencana, termasuk jalan-jalan lebar dan fasilitas modern. Namun, gempa bumi baru-baru ini telah menyoroti kerentanan kota terhadap bencana alam.

Pasca-gempa, dewan militer mengumumkan gencatan senjata selama 20 hari untuk mempercepat upaya bantuan. Namun, laporan menunjukkan bahwa militer terus melakukan serangan di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak. Arsip foto menunjukkan kerusakan parah pada sejumlah gedung pemerintah, termasuk Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Perencanaan, dan Pengadilan.

Relokasi Sementara dan Upaya Pemulihan

Proses rekonstruksi bangunan diperkirakan akan memakan waktu bertahun-tahun. Beberapa kementerian, seperti Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pariwisata, telah memindahkan kantor mereka ke Yangon. Departemen lain merelokasi kantor mereka ke aula terbuka di Nay Pyi Taw.

Staf Museum Nasional di Nay Pyi Taw juga berupaya menyelamatkan koleksi berharga mereka, termasuk prasasti, manuskrip, dan puluhan ribu buku.

Penyebab Gempa Myanmar

Myanmar terletak di wilayah yang sangat aktif secara geologis, di mana empat lempeng tektonik bertemu: lempeng Eurasia, lempeng India, lempeng Sunda, dan lempeng mikro Burma. Pergerakan lempeng-lempeng inilah yang menyebabkan gempa bumi.

Gempa bumi dan tsunami tahun 2004 disebabkan oleh pergerakan lempeng India di bawah lempeng mikro Burma. Patahan Sagaing, patahan besar yang membelah Myanmar dari utara ke selatan, juga memainkan peran penting dalam aktivitas seismik di wilayah tersebut.

Data awal menunjukkan bahwa gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,7 pada 28 Maret lalu disebabkan oleh pergerakan horizontal lempeng-lempeng di patahan Sagaing. Ketika lempeng-lempeng bergerak saling melewati, mereka dapat saling menempel, menciptakan gesekan yang menyebabkan gempa bumi.

Berikut adalah daftar yang menyebabkan terjadinya Gempa Myanmar:

  • Pertemuan empat lempeng tektonik
  • Lempeng Eurasia
  • Lempeng India
  • Lempeng Sunda
  • Lempeng mikro Burma
  • Patahan Sagaing