IMF Revisi Turun Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Akibat Kebijakan Tarif AS

Lembaga keuangan internasional, Dana Moneter Internasional (IMF), baru-baru ini merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini. Dalam laporan World Economic Outlook terbaru yang dirilis, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan melambat menjadi 2,8 persen. Angka ini lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 3,3 persen yang dikeluarkan pada Januari 2025.

Faktor utama di balik revisi turun ini adalah dampak dari kebijakan tarif yang diterapkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Langkah-langkah proteksionis yang diambil oleh AS, serta respons dari negara-negara lain, diperkirakan akan memberikan tekanan pada pertumbuhan ekonomi global. IMF memperkirakan bahwa kebijakan tarif tersebut akan mengurangi proyeksi pertumbuhan global menjadi 2,8 persen pada tahun ini dan 3 persen pada tahun depan. Penurunan kumulatif ini mencapai 0,8 persen dibandingkan dengan laporan World Economic Outlook sebelumnya.

IMF menekankan bahwa dampak dari kebijakan tarif Trump dapat lebih signifikan jika kebijakan tersebut terus berlanjut. Ketegangan perdagangan memang sempat meningkat setelah AS menerapkan tarif terhadap beberapa negara, termasuk Indonesia. Meskipun sempat ada penundaan pemberlakuan sebagian tarif oleh AS pada bulan April, IMF berpendapat bahwa penundaan tersebut tidak akan secara material mengubah prospek global, mengingat tarif efektif keseluruhan AS terhadap China tetap meningkat.

Berikut adalah beberapa poin penting terkait proyeksi IMF:

  • Revisi Turun: Proyeksi pertumbuhan ekonomi global diturunkan menjadi 2,8 persen.
  • Penyebab: Kebijakan tarif yang diterapkan oleh AS menjadi faktor utama.
  • Dampak: Berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global lebih lanjut jika kebijakan tarif berlanjut.
  • Penundaan Tarif: Penundaan pemberlakuan sebagian tarif oleh AS tidak signifikan mengubah prospek global.

Terlepas dari perlambatan yang diproyeksikan, IMF tetap optimis bahwa pertumbuhan ekonomi global akan tetap berada di atas tingkat resesi.