Intel Pangkas Lebih dari Seperlima Tenaga Kerja dalam Restrukturisasi Besar-besaran

Raksasa teknologi Intel dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap lebih dari 20 persen dari total karyawannya. Langkah drastis ini diambil sebagai bagian dari upaya restrukturisasi besar-besaran yang bertujuan untuk merampingkan birokrasi, menyederhanakan struktur perusahaan, dan memulihkan fokus pada inovasi teknologi.

Keputusan ini merupakan inisiatif besar pertama di bawah kepemimpinan CEO baru, Lip-Bu Tan, yang baru menjabat pada bulan lalu. Sumber internal perusahaan mengungkapkan bahwa restrukturisasi ini dirancang untuk memperbaiki manajemen, menanamkan kembali budaya kerja yang berorientasi pada rekayasa dan teknologi, serta meningkatkan daya saing Intel di pasar global.

Pemangkasan tenaga kerja ini menyusul gelombang PHK sebelumnya yang telah mengurangi jumlah karyawan Intel secara signifikan. Pada tahun sebelumnya, perusahaan telah memberhentikan sekitar 15.000 karyawan, sehingga jumlah total karyawan menyusut dari 124.800 menjadi 108.900 pada akhir tahun 2024.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi Intel adalah persaingan ketat di bidang kecerdasan buatan (AI), di mana perusahaan telah kehilangan pangsa pasar yang signifikan dari pesaing seperti Nvidia. Nvidia, kini menjadi perusahaan chip paling bernilai di dunia, telah berhasil memanfaatkan pertumbuhan pasar AI, sementara penjualan Intel mengalami penurunan selama tiga tahun berturut-turut.

Lip-Bu Tan, yang sebelumnya memimpin Cadence Design Systems, bertekad untuk menghidupkan kembali kejayaan Intel. Strateginya mencakup penjualan lini bisnis yang kurang strategis, fokus pada pengembangan produk inovatif, dan peningkatan efisiensi operasional. Sebagai bagian dari rencana ini, Intel baru-baru ini menjual 51 persen saham di divisi chip programable (Altera) kepada perusahaan investasi Silver Lake.

Dalam konferensi Intel Vision baru-baru ini, Tan menekankan pentingnya merekrut kembali para insinyur terbaik, memperbaiki kinerja keuangan perusahaan, dan menyesuaikan proses produksi agar lebih responsif terhadap kebutuhan pelanggan.

Penunjukan Tan sebagai CEO menggantikan Pat Gelsinger, yang sebelumnya berupaya untuk membenahi perusahaan dengan memperluas jaringan pabrik Intel dan menjadikannya produsen chip pesanan. Namun, banyak rencana ekspansi Gelsinger, termasuk pembangunan pabrik besar di Ohio, akhirnya ditunda.

Ketidakpastian juga membayangi prospek Intel sebagai penerima manfaat utama dari Undang-Undang Chips and Science 2022, terutama sejak Donald Trump kembali menjabat sebagai Presiden.

Di tengah perubahan lanskap industri chip, Intel menghadapi tantangan berat untuk merebut kembali posisinya sebagai pemimpin pasar. Perusahaan ini pernah mendominasi pasar prosesor untuk komputer dan server, tetapi kini tertinggal dalam tren chip AI, sementara Nvidia terus mencatatkan pertumbuhan yang pesat.

Langkah-langkah restrukturisasi yang diambil Intel, termasuk PHK massal, mencerminkan tekad perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar, meningkatkan efisiensi, dan fokus pada inovasi. Keberhasilan upaya ini akan menentukan masa depan Intel di tengah persaingan yang semakin ketat di industri chip global.

Fokus Strategis Intel di Bawah Kepemimpinan Lip-Bu Tan:

  • Rasionalisasi Bisnis: Menjual lini bisnis yang kurang strategis untuk memfokuskan sumber daya pada area inti.
  • Inovasi Produk: Meningkatkan investasi dalam penelitian dan pengembangan untuk menciptakan produk yang lebih inovatif dan kompetitif.
  • Efisiensi Operasional: Merampingkan proses bisnis dan mengurangi biaya untuk meningkatkan profitabilitas.
  • Fokus Pelanggan: Menyesuaikan proses produksi agar lebih responsif terhadap kebutuhan pelanggan.
  • Pengembangan Talenta: Merekrut dan mempertahankan para insinyur terbaik untuk mendorong inovasi.

Dengan langkah-langkah strategis ini, Intel berharap dapat mengatasi tantangan pasar, merebut kembali pangsa pasar yang hilang, dan memposisikan dirinya sebagai pemimpin inovasi di industri chip global.