Perempuan Pelopor: Membangun Masa Depan Pertambangan Berkelanjutan di Indonesia

Kartini Masa Kini: Perempuan di Garda Depan Industri Pertambangan

Semangat emansipasi Kartini terus berkobar, menginspirasi perempuan di berbagai bidang, termasuk di sektor yang didominasi laki-laki: pertambangan. Di Sorowako, Sulawesi Selatan, Yulianti Marcelina menjadi bukti nyata bahwa perempuan mampu menembus batas dan berkontribusi dalam industri ini.

Di tengah hiruk pikuk aktivitas pertambangan PT Vale Indonesia, Yulianti mengoperasikan dump truck raksasa, sebuah pekerjaan yang identik dengan laki-laki. Sejak 2017, ia membuktikan bahwa stereotip gender tidak berlaku di era modern ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2017, hanya terdapat sekitar 115 ribu pekerja perempuan di sektor pertambangan, berbanding jauh dengan 1,28 juta pekerja laki-laki. Kehadiran Yulianti dan perempuan lainnya menjadi angin segar bagi inklusi dan keberagaman di industri ini.

Dari Keberanian Menjadi Inspirasi

Yulianti mengungkapkan bahwa ketertarikannya pada dunia pertambangan muncul sejak kecil, tumbuh di Sorowako dan menyaksikan langsung aktivitas pertambangan. Keberanian dan semangat belajarnya mengantarkannya mengikuti pelatihan operator alat berat yang diselenggarakan oleh PT Vale. Meskipun harus bersaing dengan ratusan pelamar, sebagian besar laki-laki, Yulianti berhasil membuktikan kemampuannya dan menjadi salah satu perempuan operator dump truck di area tambang.

Kisah Yulianti menjadi inspirasi bagi perempuan lain untuk mengejar mimpi mereka, tanpa terhalang oleh stereotip gender. Ini juga menjadi bukti bahwa industri pertambangan mulai membuka diri dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua, tanpa memandang jenis kelamin.

Inklusi dan Inovasi: Kunci Pertambangan Berkelanjutan

PT Vale Indonesia menyadari bahwa pelibatan komunitas lokal, termasuk perempuan, bukan hanya sekadar aksi filantropi, tetapi juga investasi strategis untuk keberlanjutan bisnis. Perusahaan tambang nikel ini berkomitmen pada Diversity, Equity, Inclusion, and Inclusion (DEI), yang terintegrasi dalam prinsip Environment, Social, and Governance (ESG).

Penelitian McKinsey and Company pada 2018 menunjukkan bahwa perusahaan dengan tim manajemen yang beragam, termasuk keragaman gender, cenderung memiliki kinerja keuangan yang lebih baik. Selain itu, kehadiran perempuan di sektor pertambangan juga terbukti memperkuat budaya keselamatan kerja.

PT Vale melihat bahwa perempuan membawa pendekatan yang lebih hati-hati, teliti, dan kolaboratif, yang sangat penting dalam lingkungan kerja yang penuh risiko. Chief Executive Officer (CEO) Vale, Febriany Eddy, menekankan pentingnya peran perempuan dalam memberikan perspektif yang beragam dalam pengambilan keputusan. Ia juga berkomitmen untuk terus meningkatkan jumlah pekerja perempuan di perusahaan.

Target dan Harapan Masa Depan

Febriany Eddy, CEO perempuan pertama di perusahaan tambang besar di Indonesia, telah berhasil meningkatkan jumlah pekerja perempuan di PT Vale dari 8 persen pada tahun 2021 menjadi 11,7 persen pada tahun 2024. Perusahaan menargetkan 17 persen pada tahun 2030.

Model yang dikembangkan PT Vale Indonesia menunjukkan bahwa keberlanjutan bukan hanya tentang teknologi ramah lingkungan, tetapi juga tentang investasi sosial jangka panjang. Dengan memberdayakan masyarakat lokal, termasuk perempuan, mereka menjadi bagian dari solusi dan inovasi.

Keterlibatan perempuan dalam industri ekstraktif bukan hanya soal representasi, tetapi juga langkah strategis menuju transformasi sosial-ekologis yang lebih adil dan inklusif. Pertambangan berkelanjutan bukan hanya tentang teknologi ramah lingkungan, tetapi juga tentang siapa yang terlibat di dalamnya. Masa depan pertambangan Indonesia ada di tangan perempuan-perempuan pelopor seperti Yulianti Marcelina, yang berani mendobrak batasan dan berkontribusi bagi pembangunan yang berkelanjutan.