Kasus Korupsi Ancam Kinerja Saham PGAS, Analis Ungkap Tantangan dan Peluang

Kasus dugaan korupsi yang melibatkan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dalam kerja sama jual beli gas dengan PT Inti Alasindo Energi (IAE) senilai US$ 15 juta atau setara dengan Rp 252,91 miliar (dengan kurs Rp 16.861) menjadi sorotan. Kasus yang terjadi pada periode 2017-2021 ini menimbulkan pertanyaan mengenai prospek kinerja saham PGAS di masa depan.

Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat, menilai bahwa kasus ini menambah catatan buruk bagi BUMN terkait tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG). Praktik korupsi berpotensi mempengaruhi laporan keuangan perusahaan, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada kinerja saham.

"Pengaruhnya akan terasa pada laporan keuangan. Laporan keuangan yang kurang baik dapat menyebabkan pergerakan saham menjadi stagnan," ujar Teguh.

Ia menyoroti kinerja keuangan PGN dalam lima tahun terakhir yang dinilai kurang memuaskan, meskipun secara operasional, infrastruktur jaringan pipa terus mengalami peningkatan. Akibatnya, harga saham PGAS cenderung stagnan di kisaran Rp 1.000 per lembar.

"Sejak awal, saham PGAS berada di harga Rp 1.000-an dan tidak mengalami perubahan signifikan dalam lima tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh penurunan kinerja, yang mungkin disebabkan oleh kasus korupsi yang terungkap maupun yang belum terungkap," jelasnya.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham PGAS pada perdagangan terakhir tercatat sebesar Rp 1.700 per lembar saham, mengalami kenaikan 25 poin atau 1,49%.

Menanggapi kasus korupsi ini, Teguh berpendapat bahwa dampaknya terhadap kinerja saham PGAS tidak terlalu signifikan. Ia menjelaskan bahwa kejadian tersebut sudah berlangsung cukup lama dan nilai kerugiannya relatif kecil dibandingkan dengan pendapatan tahunan PGAS yang mencapai US$ 3-4 miliar.

"US$ 15 juta tetap merupakan jumlah yang besar, namun jika dibandingkan dengan kasus korupsi lainnya, angkanya relatif kecil. Pendapatan PGAS dalam satu tahun mencapai US$ 3-4 miliar, sehingga dampaknya seharusnya tidak terlalu signifikan," paparnya.

Meski demikian, Teguh melihat potensi peningkatan harga saham PGAS di masa depan jika perusahaan melakukan pembenahan operasional dan keuangan secara menyeluruh.

"Jika perusahaan secara bertahap membersihkan diri dari praktik korupsi dan tetap mempertahankan kinerja operasional dan keuangan yang baik, dengan peningkatan pendapatan dan laba bersih, maka prospek saham PGAS akan menjadi lebih baik," pungkasnya.